Lihat ke Halaman Asli

Misunderstanding Pemahaman Mekanisme REDD

Diperbarui: 26 Juni 2015   08:42

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hobi. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Hal yang menggelitik saya untuk menuliskan artikel ini adalah ternyata pemahaman nama REDD (Reducing Emission from Deforestation and Forest Degradation) itu banyak yang salah kaprah.
Sebagian dari kita menganggap bahwa REDD merupakan
carbon trading or jualan karbon atau pun mekanisme mendapatkan uang ato proyek.

Memang REDD suatu mekanisme mendapatkan 'insentif' dgn mengurangi laju deforestasi dan degradasi serta ada yg menambahkan 3+. Tetapi lebih jauh dr itu sebenarnya REDD itu adalah momentum untuk memperbaiki kerusakan hutan. Kata momentum saya ambil karena memang suatu kesempatan utk memperbaiki hutan mumpung dr RI 1, semua k/l hingga masyarakat pun semua sedang fokus dan membicarakan hal ini. Kita yg konon disebut rimbawan ada jg yg senang tp ada jg yg apatis... Itu tergantung dr pemahaman diri masing2.

Ya memang benar  bahwa kita tidak henti-hentinya mendapatkan momentum untuk memperbaiki pegelolaan hutan, banyak mainstreaming isu yang dapat dijadikan suatu momentum apakah itu air, biodiversity, desertification, hingga ada OBIT. REDD pun dapat dikatakan sebuah momentum karena semua orang sedang fokus di sini walaupun demikian saya mengkategorikan orang2 yang tertarik di REDD mejadi : orang yang benar2 tahu tentang REDD, orang yang pengen tahu, orang yang pura2 tahu alias sok tahu dan yang terakhir orang yang  ga mau tahu. tidak dapt dipungkiri bahwa keinginan tahuan ini banyak alasannya: ada yang beralasan mengembangkan ilmu, ada yang beralasan mengikuti skema internasional, ada yang berasalasan mencari proyek baru alias sumber pendaan baru. ada pepatah dimana ada uang di situ ada kekuasaan.

Adanya gap pengetahuan mengenai REDD membuat orang ada yang berpikir bahwa REDD merupakan carbon trading saja dan upaya mendapatkan bagi2 uang... kalau memang ini benar konstelasi perusakan hutan akan berubah dari pengelola hutan (HPH) ke perkebunan kelapa sawit dan yang terakhir adalah para broker REDD entah itu saat skarang dimana kita sedang sibuk menyiapkan metodologinya ataupun yang inign benar2 mendapatkan sertifikat VCS (voluntary).

Ada gambaran bagaimana pandangan dimasing-masing level arena diskusi REDD digelindingkan.  Di tingkat internasional, negosiasi REDD saat ini secara jujur memang baru stag, negara2 annex1 tidak ikhlas untuk mengabulkan permintaan negara2 berkembang sperti Indonesia.  para DELRI (delegasi RI) yang selalu banyak pun di sana sebagian besar hanya 'piknik' dan tidak mempunyai posisi yang jelas. tapi terlepas perkembangan posisi redd mau dijadikan mandatory atau tidak yang penting Indonesia telah mempersiapkannya... tapi tentu saja REDD hanya satu skema dari sekian banyak skema pendanaan yang ada...

Bicara di tingkat nasional, beberapa kementerian tidak henti-hentinya membuat dokumen kebijakan seperti sustainable development strategies, Low carbon development, Indonesia response to climate change, Indonesia climate change (CC) trust fund, Indonesia CC sectoral Roadmap, Rencana Aksi Nasional penurunan emisi GRK (Gas Rumah Kaca), Stanas REDD, dan yang aka muncul adalah NAMA's dan NAPA's sebagai rencana indonesia dalam menmitigasi dan beradaptasi terhadap perubahan iklim.  Penyusunan Stranas memang diharapkan inklusif sehingga ada roadshow dari sabang sampai merauke untuk medapatkan input yang sebanyak2nya...tapi bagaimana setelah mendapatkan input? apakah inputnya benar2 dipakai atau justru yang dipakai hasil kerjaan salah satu konsultan internasional di Indonesia????

Opportunity cost yang belum sempat dihitung pun benar apa adanya, kelapa sawit, hti dan komoditas lainnya memang megahasilkan pendapatan lebih besar dibandingkan karbon saat ini. oleh karena itu, dalam mendesign pembangunan di Indonesia pun memang sebaiknya berbasiskan Land Use based management. kita harus pintar2 mengelola lahan yang ada di Indonessia berdasarkan kompetisi pasar yang ada dan tentu saja yang berbasiskan pengelolaan masyarakt sehingga kesejahteraan masyarakat pun tercapai dan pertumbuhan ekonomi juga akan bergerak.

Perdebatan target 741 (7%pertumbuhan ekonomi dan 41%pengurangan emisi pun tidak henti2nya baik dari level sidkab (sidang kabinet hingga level rapat RT). suatu target yang luar biasa bagi Republik ini.....

Pendek kata pemahaman REDD memang menjadikan polemik luar biasa di berbagai kalangan dari ekonom, sosiolog, hingga ke rimbawan .  apakah benar REDD mampu merupakan momentum memperbaiki hutan atau hanya isu saja???






BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline