Lihat ke Halaman Asli

Diana Pungky

mahasiswa

Bilamana Kayunya Rapuh, Bagaimana Kamu Menempuh?

Diperbarui: 20 Desember 2023   22:03

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

galeri neng dian

SELAYANG PANDANG

(Series-الإنسان قوي)

Tulisan ini hadir dikala badai sudah memporak-porandakan kehidupan, namun manusia yang penuh semangat datang dan berjuang membentuk suatu peradaban yang baru.. mencoba menggiring massa untuk melupakan masa lalu meski tidak hadir dalam setiap jiwa yang menganga, setiap luka yang dirasa, setiap trauma yang menggila, tapi semuanya itu memberikan bunyi bahwa kita sedang banyak berduka dan perlu tabib jiwa. Untuk itu, mari kita berusaha berjalan Bersama-sama lagi…

AKU TIDAK MENGERTI APA YANG KAMU TULIS !

Percayalah, tulisan ini akan bermakna bagi mereka yang mempunyai banyak kesulitan dalam hidup, ditambah lagi dengan bumbu penderitaan. Maka dari itu, bacalah dengan hatimu..supaya kamu memahami sisi lain dari kehidupan.

JALAN kadang membuat kita banyak terkecoh, disangkanya jika jalanya rusak, ya tidak sedap dimata sampai enggan hati menerobos kesana padahal alamat yang dituju sangat dekat didepan mata, melarikan diri menempuh jalan yang dikata menjadi aksi nyata, tapi tertinggal banyak kereta. SAYANG!! Hanya meninggalkan cerita.  Satu dari dua yang tak terduga. Lalu LUKISAN bagaimana bisa satu titik saja mampu membuat orang terkagum? Padahal banyak warna yang dipadukan namun tak seorangpun melirik sampai segan. Seumpama itulah berpandangan, memang manusia dianugerahi pancaindra dan dilengkapi akal.. namun jika tidak diasah, tetaplah dangkal.

Menyoroti ruang dan waktu, detik demi detik berlalu.. banyak haru pilu dalam beberapa waktu terdekat ini namun, usaha untuk memperbaiki semuanya sering timbul, meskipun semua tergambar atas dasar kekecewaan, dan ketidakadilan yang dirasa. Banyak manusia menunjukan kehebatanya untuk membuat orang lain takjub, namun kadang-kadang sedikit membuat orang takut. Ya! Banyak ketidak tulusan yang di ucap sehingga menjadikan manusia beriring ke jurang kehinaan.. rasa-rasanya mengajukan pembahasan mengenai cara dan gaya akan perlakukan seseorang tidak akan pernah ada habisnya.. pasalnya, hal tersebut justru akan menjadi acuan orang untuk bersikap padanya.. perlahan-lahan olokan dibelakang menjadi penguat untuk berubah watak menjadi pemberontak.. ketidak puasan, cela yang selalu di cari dan hal-hal menyimpang lainya terbentuk dengan sendirinya.. dendam,amarah sangat meliputi hatinya..seketika awan hitam selalu menutupi pandanganya.

Namun, dengan menarik nafas berat, Alhamdulillah semuanya sudah terlewati.. perlahan matahari mulai muncul, pergerakan sudah dimulai .. dendam dan amarah sudah banyak berkurang.. semua memilih jalan untuk berlaku seperti biasa, seperti tatanan anak-anak yang merdeka.. merdeka dari hawa nafsu yang selalu melilit-lilit setiap denyut nadi, hasil daripada jiwa mereka yang selalu dibuat terkoyak, mereka lebih cerdas dalam mengambil sikap, cermat dalam niat terselubung seseorang. Namun disamping itu, selalu ada mata yang berbinar berharap semuanya ini mampu terkendali dengan baik, terlebih dengan bathinya Bersama orang tua. Hanya saja, yaa inilah hidup, inilah dunia.. tempatnya bersandiwara banyak orang tertawa dan diam dengan dusta. Hal yang paling menyesak di dada Ketika orang terkasih di sekitar kita ikut terlibat dalam setiap kesalahan yang kita perbuat, ingin menasihat diri untuk tidak terjun pada jurang, tapi tidak punya rem yang konsisten. Bagaimanakah harusnya kita menata diri? Siapa yang harus kita percaya?

Lanjut  nanti di part 1..........................

( Orang-orang kuat-Angkatan 3 Madahu )

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline