Lihat ke Halaman Asli

Pungki Hanafi

Seorang pelajar/mahasiswa tingkat akhir

Membangun Gerakan Literasi Melalui Mobil Perpustakaan Keliling

Diperbarui: 10 Maret 2020   12:49

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Mudanya Wajib KKN?

Era milenial adalah eranya muda-mudi dengan segaloa perkembangan zaman yang mengitarinya. Beberapa peran milenial di era sekarang menjadi perhitungan tersendiri bagi beberapa orang bahkan, peran dari milenial dari beberapa aspek sangat diperhitungan untuk suksesnya suatu acara ataupun suatu kegiatan. Bahkan seorang milenial dituntut untuk menjadi pendobrak bagi kefakuman zaman, dalam hal ini berarti sesuatu yang memang sudah tidak relevan atau masih bergantung pada cara-cara kuno. 

Dapat kita berikan contoh seperti perkembangan dunia ekonomi kreatif di era milenial jual beli barang kini tidak memerlukan waktu yang cukup lama atau dua orang harus saling tatapmuka melainkan dapat dengan mudah menggunakan media daring/online. Pun sebenarnya dari contoh yang dituliskan di atas tadi, telah membuktikan bahwa era milenial adalah erannya kekreatifan seseorang memang sangat penting di dalam memenuhi kehidupan sehari-hari dan saat ini pun banyak orang bergantung pada pasar media daring/online dalam melakukan transaksi jual beli.

Dunia yang semakin hari semakin menunjukan perkembanganya memang kita sebagai penduduk di alam semesta tidak bisa menolak, melainkan kita hanya mampu menerima atau menjadi salah satu dari ide pergerakan di era perkembangan zaman saat ini. Menjadi motor penggerak perubahan adalah salah satu ciri dari seorang milenial, mereka yang rata-rata berusia dibawah 25 tahunan dan dalam jenjang apapun mereka sangat dituntut dalam berkembangnya zaman. 

Tentunya ada banyak cara untuk mereka dapat berkontribusi dalam kehidupan sehari-hari. Tidak harus dituntut pada satu arah perubahan namun banyak pilihan yang dapat dipilih dan semua itu tentunya tidak harus sama dan pasti tidak akan sama antara satu dengan yang lainya. Menjadi seorang milenial memang dapat dikatakan tidak mudah, ada banyak tuntutan untuk mereka dikemudian hari yang akan ditagih sumbangsihnya dalam berkembangnya suatu kehidupan.  

Membangun suatu generasi baru (dalam hal ini milenial) memang tidaklah mudah apalagi bisa dikatakan era milenial adalah era yang baru-baru ini menjadi tren masyarakat Indonesia akhir-akhir ini. Seorang milenial adalah mereka yang masih berusia muda, mereka yang masih terkadang masih labil-labilnya dalam pengambilan suatu sikap, milenial menurut yang akan penulis tuliskan ini adalah mereka yang masih berusia dibawah 25 tahun. Paling tidak setelah usia dewasa (17 tahun) ini sudah dapat dikatan adalah umur bagi seorang milenial. 

Zaman yang semakin hari semakin keras dalam menuntut perubahan menjadikan generasi muda (milenial) harus memiliki ide-ide dan gagasan kreatif dalam ikut serta membangun perubangan zaman. Perwujudan dari ide-ide dan gagasan mereka terkadang diperlukan sikap yang radikal( bukan dalam arti radikal tentang agama), namun radikal atau berani mengambil sikap dan bertaruh nasib untuk dapat mewujudkan ide-ide dan gagasanya.

Walaupun beriringan dengan dunia yang semakin modern, generasi baru yang menjadi tren muda-mudi saat ini (dalam artian milenial) yang diikuti dengan pesatnya perkembangan dunia teknologi digital, kewajiban untuk menjadi manusia yang dhidup di alam Indonesia mereka wajib untuk turut serta dalam menjadi pelindung atau pewaris bagi kebudayaan yang pernah diwariskan oleh pendulu mereka. 

Tidak menutup kemungkinan seorang milenial juga akan dituntut dalam berkembang hidup di dalam kehidupan bermasyarakat. Bisa dikatakan sebenarnya peran seorang milenial adalah peran yang kompleks, disamping dituntut peranya dalam berkembangnya zaman yang di era industri 4.0, mereka juga dituntut untuk mampu menjadi pembaharu dalam kehidupan bermasyarakat. Menjadi pewaris generasi terdahulu untuk bangsa Indonesia dikemudian hari adalah tugas besar yang dipikul oleh milenial dipundaknya masing-masing. Menumbuhkan wawasan ilmu pengetahuan untuk dirinya dan orang banyak adalah salah satu tanggungjawab bagi seorang milenial.

Memilih hidup dalam dunia akademisi yang berarti setelah tamat dari sekolah menegah atas atau SMA/SLTA sederajat mereka wajib memiliki satu atau dua pegangan perguruan tinggi negeri/swasta untuk melanjutkan studi yang lebih tinggi. Merupakan langkah awal untuk mereka mulai berproses dalam menemukan kejernihan akal pikiran dan memupuk harapan dikemudian hari melalui pengalaman meraka dalam menggali pengetahuan dasar dalam perguruan tinggi. 

Bekal awal yang bisa dikatakan cukup baik bagi seorang milenial untuk mampu mengisi kekososngan-kekosongan pengetahuan yang awalnya hanya mereka dapat pada taraf SMA/SLTA sederajat. Selain menempuh pendidikan besar harapan mereka yang mampu menikmati bangku perguruan tinggi dapat menerapkan pengetahuanya di kehidupan masyarakat. Menjadi hal yang wajib utuk seorang generasi muda mammpu menyalurkan pengetahuanya pada orang yang lebih banyak. Menjadi petunjuk bagi ketidaktahuan orang lain dalam menjalani sebuah kegiatan atau aktivitas adalah kewajiban mutlak yang akan mereka salurkan pada masyarakat.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline