Lihat ke Halaman Asli

Imam Punarko

Aktivitas membaca dan menulisnya

Nak, Ayah Demo Buruh Dulu, Ya

Diperbarui: 3 Mei 2018   11:09

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

(flickr.com/camafghanistancam)

Terselip sebuah kisah tentang seorang keluarga kecil sederhana yang tinggal di Ibu Kota, beruntung ia berhasil bekerja dengan title lulusan SMA sang ayah berangkat pagi buta untuk menghidupi keluarganya beranak dua setelah membayar kontrakan dan membayar cicilan motor yang masih 2 tahun lagi harus dilunasi agar tak di tarik dealer. Motor ini jadi alat yang sangat menyenangkan bagi kedua anaknya tono dan tina yang masih berumur 3 dan 1 tahun. 

Menjadi buruh bukan lah cita-cita sang ayah, namun karena menjadi buruh salah satu perusahaan perakitan mobil di cikarang ia bisa menemukan tambatan hatinya, hingga sekarang dikaruniai dua orang anak. keputusan tepat harus diambil istrinya sejak mereka dikaruniai seorang anak. 

Kehidupan mengontrak sebuah rumah petak tentu penuh suka duka. mengontrak rumah karena tabungan belum cukup dengan sejuta harapan memiliki rumah minimal dengan taman di depan rumah merupakan cita-cita yang sangat mewah.

Kebijakan perusahaan memang sangat pro terhadap karyawan, rasanya menjadi buruh hidup sudah lebih dari cukup. mungkin ia merasa menjadi buruh merupakan profesi dengan pendapatan yang tinggi. 5 sampai 6 juta dapat ia kantongi untuk menghidupi keluarganya. Istri tak mengeluh seperti pada buruh-buruh disekitarnya bekerja yang ia dengar masih saja ada yang kurang. sementara ia dan keluarganya tidak.

menjadi buruh apalagi sudah pegawai tetap bukan sebuah hal yang membuatnya lantas hidup tenang. ada kegelisahan yang menyelimutinya. apalagi ia mendengar bahwa ada perusahaan dari Jerman dan Jepang yang menghentikan operasinya di Indonesia, selain itu ia mendengar bahwa di Batam banyak PHK dan semua itu ia dengan saat minum kopi sembari ngombrol dengan rekan sesama buruh.

Apalagi dengan adanya tenaga kerja asing dari negara Asia yang masuk. ia tidak merasakannya namun ketakutan mulai hadir karena tentu saja karyawan sepertinya tidak sepenuhnya aman. sebab, ada saja ia dengar di daerahnya buruh yang mengalami PHK masalah dan terpaksa menjadi OJOL (Ojek Online).

Menjadi buruh adalah persatuan kalau tidak bersatu kita akan di tindas, begitu ungkapan temannya. ia sadar ini penting dan memutuskan untuk tahun ini ia berangkat untuk Mayday pertama kalinya. Saat ini janjinya hanya pada sang anak yang akan jalan-jalan ke kebun binatang ragunan. 

Istrinya sudah ia minta siapkan keperluan anaknya, namun sepertinya hal itu ia haru cancel, demi persatuan yang ia tekatkan demi menyelamatkan kondisi perburuhan yang ia sudah mulai rasakan menggerogoti rekan-rekan kerjanya yang terkena PHK lebih dulu.

Sesampainya di rumah ia coba bicara kepada istrinya bahwa ia berencana mengikuti aksi Mayday yang tak pernah ia ikuti sebelumnya. sang istri ternyata diluar dugaan membolehkan seraya memberi motivasi kepada sang suami. sang istri beralasan bahwa kondisi keuangan kita memang semakin sulit, rasanya untuk hidup enak sekarang sulit.

Listrik ia rasakan sering bunyi menandakan bahwa kilometer menunjukkan barometer di bawah batas. belum lagi dirumahnya yang gang senggol ia kadang diingatkan bahwa listriknya sering bunyi, kondisi harga pangan yang menurutnya semau si penjual, kadang mahal, kadang murah walaupun harga turun dalam kondisi yang amat jarang.

suami makin bertekad untuk berangkat, ia siapkan diri entah nanti masuk barisan mana, ia menghubungi temannya yang masuk serikat buruh. dan berencana bertemu dititik pertemuan dengan rombongan besar menuju istana. pagi buta jam 3 pagi ia sudah bangun beribadah dan berdoa agar diberi keselamatan karena tujuan utamanya tetap adalah keluarga. ba'da subuh digunakan atribut serikat buruhnya. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline