Lihat ke Halaman Asli

Punakawan

Sastrawan

Kesempatan dan Kesempitan

Diperbarui: 22 Januari 2023   21:54

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Pemancing adalah petarung di arena kesabaran. Tiap detik, menit, jam, bahkan hari, mereka bertahan dalam kesabaran. Di malam yang dingin, sengatan matahari, guyuran hujan, mereka menunggu sebuah kesempatan. Ketika umpan dimakan ikan, gagang pancing melengkung dan ikan naik ke daratan, di situlah kesempatan telah datang dan diambil dengan baik.

Sama seperti kehidupan. Manusia juga bertarung di arena kesabaran dalam mencari kesempatan. Berhari-hari, berbulan-bulan, bahkan bertahun-tahun, manusia akan diuji dalam mendapat sebuah hal yang diharapkan. Dan dalam menggapai apa yang diharapkan pasti perlu kesabaran dan tindakan. 

Sama seperti pemancing, ketika kesempatan datang, harusnya dimaksimalkan dan diambil sebaik mungkin. Tak ada pemancing yang diam saja ketika umpan disantap ikan, kecuali pemancing yang tidak tahu tujuan memancing. Harusnya kesempatan yang kita miliki digunakan sebaik mungkin. Kalau ada kesempatan dan dibiarkan begitu saja, artinya kita tidak tahu untuk apa kita hidup.

Kesempatan selalu berada dalam kesempitan. Jika seorang pemancing tidak segera menarik joran pancing saat umpan disantap ikan, maka kesempatan itu akan lenyap dan hanya tinggal penyesalan. Sama seperti kehidupan. Kesempatan selalu ada dalam kesempitan. Terlalu lama kesempatan dibiarkan, maka kesempatan itu akan hilang dan segala usaha sia-sia.

Dalam ilmu memancing. Ada tiga tahap yang harus dilalui untuk mendapat ikan. Pertama ada merakit pancing dan umpan. Kedua melempar umpan dan menunggu umpan disambar. Dan yang ketiga adalah melakukan tindakan saat umpan disambar.

Sama halnya dengan kehidupan. Ada tiga hal yang harus dilalui untuk menggapai sesuatu. Pertama adalah berpikir tentang tujuan dan bagaimana caranya. Kedua adalah berusaha apa yang kita bisa dan menunggu kesempatan. Dan yang ketiga adalah bertindak dengan melahap setiap kesempatan yang ada.

Tak ada beras yang bisa jadi nasi kalau tidak dimasak. Tidak ada kesempatan yang membuahkan hasil tanpa sebuah tindakan. Dalam kesempatan pasti ada kesempitan, baik waktu, jarak, atau yang lain. Sempat itu sempit. Sempatkanlah sebelum kesempitan menutup pintu keberhasilan.

Moyohulu, Sumbawa, 22 Januari 2023.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline