Desa Glodog Kecamatan Palang Kabupaten Tuban secara geografis terletak dibagian utara Kabupaten Tuban dan merupakan wilayah potensial sentra pengembangan komoditas pertanian dan peternakan. Salah satu hasil dari bidang pertanian yang ada di desa ini adalah polo pendem. Polo pendem atau yang disebut juga dengan umbi-umbian yang sempat menjadi bahan makanan pokok hampir se-nusantara pada tahun 1960-an ini banyak ditemukan di desa ini, tanah yang luas dan subur sangat cocok digunakan untuk menanam polo pendem sehingga menjadikannya sebagai mata pencaharian utama masyarakat disana untuk meningkatkan perekonomian.
Sebagian besar petani Desa Glodog memiliki hewan ternak baik sapi, kerbau, maupun kambing sebagai hewan peliharaan dan investasi. Akan tetapi, masih banyak warga desa yang belum memahami bagaimana cara mengolah limbah kotoran ternak dengan baik sehingga dibiarkan menumpuk begitu saja dan menimbulkan bau yang tidak sedap disekitar kandang.
Oleh sebab itu, sebagai salah satu bentuk kegiatan pengabdian kepada masyarakat serta dalam rangka pemanfaatan limbah ternak yang tidak terpakai, mahasiswa KKN Back To Village Tuban bersama dengan Subandi selaku ketua RT 01 Dusun Bentaro Desa Glodog Kecamatan Palang Kabupaten Tuban melakukan gebrakan untuk mengolah dan memanfaatkan limbah kotoran ternak tersebut sehingga memiliki nilai guna yang dapat meningkatkan perekonomian warga dimasa pandemi seperti ini.
Mahasiswa KKN Back To Village Tuban Periode 2021 Universitas Muhammadiyah Surabaya berupaya untuk mengatasi permasalahan tersebut dengan cara memberi solusi alternatif dalam mengolah limbah ternak menjadi pupuk organik, selain mudah pengolahan dalam membuat pupuk organik dengan menggunakan limbah ternak tergolong murah dan tidak memerlukan biaya yang cukup mahal. Bahan utama yang digunakan untuk membuat pupuk organik adalah kotoran ternak sapi, sekam, EM4 dan molase kemudian dicampur.
Hal pertama yang dilakukan untuk membuat pupuk organik adalah memastikan bahwa limbah ternak yang digunakan tidak basah dan tidak terlalu kering, dikarenakan hal ini akan berpengaruh pada saat proses pembusukan dan akan memakan waktu yang cukup lama apabila limbah ternak yang digunakan terlalu basah atau terlalu kering. Selanjutnya adalah mencampurkan semua bahan dan pastikan EM4 dan Molase tercampur rata dengan limbah ternak yang digunakan, setelah tercampur tempatkan pupuk kompos ditempat yang tertutup dan terhindar dari udara luar agar tidak terjadi penguapan saat proses penguraian bakteri, kemudian tunggu hingga 10 hari untuk memastikan bahwa pupuk siap digunakan.
"Untuk memastikan bahwa pupuk tersebut sudah jadi yakni dengan cara menggenggam pupuk tersebut, apabila tidak terasa panas dan tidak tercium bau apapun maka pupuk kompos tersebut sudah jadi, namun jika saat dipegang pupuk kompos masih terasa panas dan masih tercium bau yang sangat menyengat maka dipastikan pupuk kompos tersebut masih belum siap digunakan." ujar Subandi.
Dengan adanya pengolahan limbah kotoran ternak menjadi pupuk organik, diharapkan dapat membantu petani maupun peternak untuk meningkatkan daya dukung lingkungan, meningkatkan hasil pertanian, meningkatkan produksi tanaman, dan dapat mengurangi dampak pencemaran lingkungan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H