Lihat ke Halaman Asli

Ina Widyaningsih

Staf TU SMPN 3 Pasawahan

Rumini, Kuabadikan Namamu di Sini

Diperbarui: 8 Desember 2021   10:50

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puing-puing berdebu itu meninggalkan pilu bagi seluruh warga di sekitar Semeru. Lara telah membahana pada setiap jiwa-jiwa yang kini hanya bertahan dalam harap dan asa.

Ada sebuah nama yang menjadi harum di antara cerita nestapa di Semeru. Sungguh Nusantara pun turut berduka baginya. Seorang putri yang rela meregang nyawa demi  ibunya. Sebuah pengorbanan yang bukan mudah adanya.

Kembali kita memperoleh sebuah hikmah dan pembelajaran dari tragedi Semeru. Ketika banyak orang membicarakan nama "Rumini" sudah tentu bulir bening pun jatuh membasahi pipi. Sungguh mulianya sang Rumini.

Ketika erupsi Semeru menderu dengan gemuruhnya dan gejolak panas melahap kehidupan di sekitarnya. Gadis tulus ini tentu merasa berat untuk memilih apa yang terbaik. Sebelah hatinya tentu ia ingin menyelamatkan diri dari bencana tersebut, namun ia pun tak ingin meninggalkan ibunya yang sudah renta dan tak kuat untuk berjalan.

Apa yang terjadi? 

Rumini hanya pasrah dengan apa yang menimpa mereka. Ia tetap bertahan dengan mendekap erat sang ibu dan tidak meninggalkannya. Hingga akhirnya takdir mengharuskan mereka meninggal dunia dalam bencana tersebut. Jasad mereka pun ditemukan di dapur rumahnya. 

Itulah Rumini di antara tragedi Semeru.

Kuabadikan namamu di sini pada sebuah puisi :

RUMINI

Oleh: Putri Kinasih

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline