Bu Manik merasa lega setelah mengungkapkan kebenaran itu pada anaknya. Setelah sekian lama ia memendam semuanya, Hilda akhirnya bisa menerima kebenaran yang nyata adanya.
Dulu sebelum Hilda lahir, Bu Manik telah menunggu lama kehadiran buah hati setelah pernikahannya dengan Pak Radja. Penantian itu berlangsung hingga waktu tujuh belas tahun, dan saat itu sebuah kecelakaan menimpa Bu Manik dan Pak Radja sewaktu pulang berkunjung ke rumah orang tuanya di kampung.
Dalam perjalanan pulang mereka kemalaman di tengah hujan badai hingga terjadilah kecelakaan itu. Mobil yang dikemudikan Pak Radja tiba-tiba oleng terbawa hujan dan angin kencang hingga menabrak sebuah pohon besar di pinggir jalan. Mereka tak sadarkan diri setelah kecelakaan itu hingga seminggu kemudian mereka terbangun sedang berada di sebuah kamar besar dengan dua ranjang terpisah.
Bu Manik yang pertama sadar dan melihat suaminya masih tergolek lemah di ranjang sebelahnya. Ia merasa aneh dengan keadaan di sekitar kamar itu yang sangat harum dengan aroma herbal yang entah apa namanya. Bu Manik merasakan kesegaran pada tubuhnya ketika bangun, kemudian ia pun menghampiri suaminya dan melihat kedua mata suaminya tersebut ditutupi dua lembar daun yang juga ia tak tahu daun apa itu.
Ketika Bu Manik hendak membuka daun tersebut, tiba-tiba ada suara melarangnya.
"Jangan kau sentuh suamimu dia belum sembuh benar!" Suara itu ternyata seorang perempuan tua yang masih tegap.
"Siapakah anda? Dan kami sebenarnya berada di mana?" Bu Manik penasaran.
"Kalian ditemukan tak sadar olehku dan aku membawa kalian ke sini, inilah rumahku, namaku Nyai Raga Sukma." Perempuan itu menjelaskan.
"Terima kasih Nyai sudah menolong kami." Ujar Bu Manik dengan sangat hormat.
Kemudian Nyai Raga pun menjelaskan keadaan sebenarnya hingga Bu Manik tahu jika suaminya akan mengalami kebutaan pada matanya. Dan Bu Manik harus menerima kenyataan tersebut. Hingga keadaan keduanya pulih seperti semula, mereka bermaksud untuk kembali pulang ke rumah.