Sabtu subuh, 18 Januari 2020, hati begitu menggebu untuk segera berangkat ke tempat yang sangat ingin kutuju. "Sumedang aku akan datang!", gumamku dalam hati.
Perjalanan diawali dengan menunggu bus yang akan membawaku ke Sumedang. Start dari Sadang-Purwakarta tepat jam 05.45 WIB, bus Budiman Cikampek-Tasik akhirnya mengantarkanku.
Dalam perjalanan wisata kali ini, aku berangkat hanya seorang diri. Tak ada siapa pun yang ikut serta denganku. Bukan apa-apa karena tujuan wisata kali ini adalah untuk berziarah ke makam seorang pahlawan nasional, Cut Nyak Dien, yang telah beberapa hari nama ini terpaut di hati. Hingga akhirnya kuputuskan untuk pergi hari ini ke makamnya.
Menempuh waktu 4 jam perjalanan pun, maka sampailah di komplek pemakaman Pangeran Sumedang di Gunung Puyuh, Desa Sukajaya, Kecamatan Sumedang Selatan. Di sebelah pemakaman inilah, Cut Nyak Dien dimakamkan. Tepatnya di area pemakaman keluarga Ibu Rd. Siti Hodidjah.
Mengapa Cut Nyak Dien dimakamkan di sini? Di area pemakaman keluarga Ibu Rd. Siti Hodidjah?
Ibu Rd. Siti Hodidjah (cucu H. Sanusi) semasa gadisnya adalah pendamping Cut Nyak Dien pada saat tinggal di keluarga H. Sanusi.
Sejak Cut Nyak Dien ditangkap oleh Belanda, atas permintaannya kemudian diasingkan ke Sumedang. Karena kepandaiannya berbahasa Arab, maka saat itu pemerintahan Sumedang menitipkannya kepada H. Sanusi. Selain pandai bahasa Arab, Cut Nyak Dien pun seorang hafidz Qur'an.
Alhamdulillah pada saat ziarah ini, bisa bertemu dengan juru kunci makam Cut Nyak Dien, yang pada waktu itu kebetulan sekali bukan Bapak Asep, melainkan adik iparnya yaitu Bapak Eman. Karena Bapak Asep bertugas menjaga makam dari hari Senin hingga Jum'at, dan Bapak Eman bertugas pada hari Sabtu-Minggu.