Suara serak itu menutup pintu sang fajar dengan mendayu, embun pun menimbun malam yang dingin
Mentari belum jua hadir dari peraduannya, namun kepulan asap mulai menerpa wajah yang terlihat lelah
Ada seulas senyum di bibir beku yang terdengar sedikit berbisik, menyebut Asma-Mu Sang Pemilik hamba
Deru mesin memecah keheningan di jalan subuh, memacu jiwa yang berarak asa
Harapan meniti jalan yang setiap hari terlewati, menimba berkah demi hidup yang berarti
Bergegas tuk bersua riuh tawa para anak negeri, memeluk mereka dalam darma tuk pertiwi
Biarkan subuh melaju kencang membawa harapan, sepanjang jalan kulihat awan mengiringi langkah sang pengabdi
(Puisi bagimu Perempuan Petarung Subuh)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H