Perjalanan bermula pada masanya, membawa garis waktu yang terus melaju
Tapak-tapak kaki meniti hari yang telah pasti, mengarah langkah yang terus berpindah
Satu persatu mengiringi kancah pertempuran, disaat keinginan tumpah ruah tak terarah
Berdiri di simpang jalan keraguan, terpaku sendiri mencari jawab yang tak salah
Adalah hati yang bicara, jika semua bertumpu pada satu
Dimana logika tiada rasa, maka ia kan hancur lebur dan terkubur
Saat jiwa rela menerima, sebuah realita yang memang nyata
Terima hidup apa adanya, bahagia tentu kan mendamba
Hidup adalah gerbang kematian, dimana jejak kan berhenti
Memberi arti tentang diri, hitam putih tergambar di kehidupan
(Terinspirasi dari Kata Bermakna milik Kang Dedi Mulyadi yang tertera dalam lukisan di Diorama Purwakarta)