Anak 5 tahun di kabupaten Simalungan, Sumatra Utara menjadi korban kekerasan fisik oleh tantenya sendiri. Kekerasan bermula saat bocah tersebut memakan semua rambutan dirumah dan meninggalkan banyak kulit rambutan yang berserakan membuat tantenya marah. Anak tersebut mengalami luka dikaki akibat dipukul dengan sapu lidi dan juga luka bakar dibagian perut dan punggung akibat disetrika oleh tantanya. SM melakukan aksi kekerasan tersebut dengan alasan untuk mendisiplinkan anak tersebut. Ayah dari anak tersebut baru saja meninggal dan ibunya sudah meninggalkan anak tersebut sejak bayi, sehingga anak tersebut tinggal bersama tantenya.
Kasus ini merupakan perkembangan psikososial yang berkaitan dengan emosi, motivasi dan perkembangan pribadi manusia serta perubahan suatu hubungan dalam berinteraksi dengan orang-orang sekitar. Kekerasan terhadap anak tersebut merupakan pelanggaran serius terhadap hak asasi manusia dan menggambarkan perlunya kesadaran serta perlindungan yang lebih besar terhadap anak-anak. Tindakan kekerasan yang dilakukan oleh anggota keluarga terhadap anak berusia lima tahun ini mengakibatkan luka yang parah dan trauma yang mendalam.
Langkah-langkah hukum serta upaya perlindungan terhadap korban dan pencegahan kasus serupa di masa depan menjadi hal yang krusial dalam menanggapi kasus semacam ini. Dukungan dan perhatian terhadap kesejahteraan anak-anak perlu ditingkatkan melalui pendidikan, kesadaran masyarakat, dan sistem perlindungan yang lebih efektif. Tindakan kekerasan terhadap anak ini bukan hanya mengakibatkan luka fisik yang parah. Tindakan pencegahan yang ditekankan oleh pihak kepolisian untuk melaporkan kekerasan dalam rumah tangga atau terhadap anak adalah suatu langkah penting dalam mengatasi masalah serius ini.
kasus ini menggaris bawahi pentingnya kesadaran akan perlindungan anak dan kebutuhan akan tindakan kekerasan terhadap pelaku kekerasan terhadap anak. Perlunya peran serta semua pihak, termasuk masyarakat, dalam melaporkan dan mencegah kekerasan semacam ini agar kasus serupa tidak terulang. Anak tersebut dapat terganggu perkembangannya dalam membangun rasa percaya diri dan kepercayaan pada orang lain. Anak yang mengalami pengalaman traumatis semacam itu mungkin mengalami kesulitan dalam membangun hubungan yang sehat di masa depan. Proses penyembuhan anak tersebut dengan menerima perawatan medis serta mendapatkan dukungan psikologis yang tepat untuk pemulihan fisik dan mentalnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H