Lihat ke Halaman Asli

Puji Sholeha

Content Creator

Awal Kisah Menjadi Seorang Guru

Diperbarui: 20 Mei 2023   20:40

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

Hai, Saya Puji Sholeha wanita 30 tahun yang sudah terlatih menjadi seorang wanita, istri, serta ibu yang kuat. Setelah menyelesaikan perkuliahan pada tahun 2014, saya berkecimpung di dunia perbankan kurang lebih 2,5 tahun. Getir kehidupan mulai terasa saat itu, bagaimana tidak petugas bank bukan sembarang petugas bank. Orang-orang biasa menyebut kami sebagai bank keliling, karena memang rute yang kami lakukan disetiap harinya selalu keliling dari satu kecamatan hingga ke pelosok desa yang ada di kota Jambi. Tugas kami mencari nasabah yang ingin meminjam uang guna menambah modal usaha. Sasaran kami adalah ibu-ibu prasejahtera yang sudah mempunyai usaha maupun yang akan memulai usahanya. Singkat cerita, awal karir semua masih berjalan dengan lancar, saya mendapat banyak nasabah dan mereka pun lancar membayar uang angsurannya, hingga pada saat saya mendapat promosi menjadi Kepala Cabang. Saat itu masalah demi masalah menghampiriku, dari uang setoran yang hilang, nasabah yang kabur, kelompok nasabah yang bermasalah, dan lain sebagainya. Yang paling membekas di benak ketika sedang mengandung anak pertama, saat itu usia kandungan sudah menginjak usia 5 bulan, saya pernah disiram air oleh nasabah yang tidak membayar angsuran. Belum lagi masalah internal dari rekan-rekan yang membuat saya cukup stress saat itu. Pada akhirya saya memutuskan untuk berhenti.

Delapan bulan setelah melahirkan anak pertama, saya mendapat tawaran untuk mengajar disalah satu Madrasah Tsanawiyah Swasta yang ada di Kota Jambi. Awalnya saya menolak, karena menjadi seorang guru bukanlah bagian dari keinginan saya. Gaji yang kecil dan rasa sabarku yang masih setipis tisu menjadi alasan mengapa saya menolak menjalani profesi tersebut. Namun atas dukungan dan motivasi dari suami dan kedua orang tua, tawaran itu saya terima. Awal mengajar saya masih sering gugup jika berhadapan dengan siswa. Jantung yang berdegup kencang, keringat mengucur deras dan tangan yang dingin selalu mengawali menit pertama saat masuk kelas.

Menjadi seorang guru honorer memang tidak mendapat penghasilan yang cukup, berbeda saat saya menjadi petugas bank akan tetapi saya merasakan kebahagiaan tersendiri saat mengajar. Segala beban yang ada di pikiran saya seolah hilang seketika ketika saya bertemu dengan keunikan siswa dan siswi saya. Walaupun mereka terkadang membuat saya merasa kesal dan jengkel, namun mereka semua sangat menyayangi saya dan selalu membuat saya bahagia. Menjadi guru memang tidaklah mudah, namun jika dijalani dengan penuh keikhlasan semua kelelahan tidak pernah terasa. Semua kelelahan yang saya rasakan tergantikan dengan rasa kebehagiaan dan kebanggaan. Awalnya saya tidak percaya diri, saya takut tidak bisa memberikan yang terbaik bagi mereka namun saya terus berusaha dan terus belajar dari guru-guru senior sehingga saya bisa meyakinan diri bahwa saya mampu.

Tahun ini adalah tahun ke-4 saya menjadi seorang guru. Banyak hal yang sudah saya lewati, saya tidak akan pernah menyerah untuk menyelesaikan segala permasalahan yang ada. Semua masalah pasti ada jalan keluarnya. Saya bangga menjadi seorang guru, menjadi garda paling depan dalam mencerdaskan anak bangsa.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline