Lihat ke Halaman Asli

Memberdayakan Perempuan dari Paguyuban Seruni

Diperbarui: 17 Juni 2015   07:13

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

14311646411354198694

PENGALAMAN mendapat diskriminasi dan perbudakan saat menjadi buruh migran di Hongkong selama tujuh bulan pada 2002, menggugah jiwa Lili Purwani peduli terhadap nasib buruh migran dengan membentuk Paguyuban Peduli Buruh Migran dan Perempuan "Seruni" bersama mantan buruh migran di Banyumas.

[caption id="attachment_365096" align="alignnone" width="500" caption="Seruni/dok Lili Purwani"][/caption]

Pembentukan ini dilatari oleh rasa keprihatinan akan berbagai masalah yang menimpa buruh migran dan keluarganya serta perempuan yang seolah tiada henti. Apalagi permasalahan ini tidak hanya dialami oleh dirinya saja, melainkan banyak buruh migran lain yang pernah bekerja di beberapa negara seperti, Malaysia, Singapura, Hongkong, Taiwan, Macau, Arab Saudi dan Brunai Darussalam.

Parahnya lagi, pada waktu itu di Banyumas belum ada lembaga swadaya masyarakat (LSM) yang bertindak secara fokus mengenai persoalan ini. Padahal, Banyumas termasuk daerah yang banyak mengirimkan tenaga kerja. Sehingga, ketika muncul kasus mengenai buruh migran Lili harus melapor ke Jakarta.

"Kalaupun ada LSM, mereka cenderung berorientasi pada profit. Padahal, kami tidak memiliki biaya besar untuk membayarnya," katanya mengisahkan.

Kasus-kasus yang biasa dialami para buruh migran diantaranya, kekerasan fisik, pemotongan gaji secara sepihak, tidak mendapat jatah libur hingga sampai kasus meninggalnya buruh migran. Persoalan-persoalan tersebut seolah tiada henti hingga saat ini.

Lily mengatakan Paguyuban Seruni ini menjadi wadah buruh migran untuk saling sharing pengalaman dan persoalan yang pernah dialaminya serta untuk mengembangkan kemampuan buruh migran agar bisa berkarya di daerahnya sendiri setelah pulang merantau.

Dari awal dibentuk pada 2008 hingga awal 2014, Paguyuban Peduli Buruh Migran dan Perempuan Banyumas telah menangani 60 kasus Tenaga Kerja Indonesia (TKI). "Kami melibatkan Dinsosnakertrans, LSM dan orang-orang yang berpengaruh dalam menangani kasus TKI," kata warga Desa Datar Kecamatan Sumbang ini.

Berkeliling Desa

Untuk menangani persoalan ini, ia bersama pengurus lain di Paguyuban Seruni rela keliling dari satu desa ke desa lain di Banyumas yang banyak buruh migran. Mereka juga sharing pengalaman tentang cara aman berimigrasi agar tidak merugikan buruh migran itu sendiri.

[caption id="attachment_365097" align="alignnone" width="500" caption="latihan komputer/dok Lili Purwani"]

14311647261940125791

[/caption]
Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline