POLA konsumsi masyarakat setiap memasuki momen Ramadhan dan Lebaran biasanya berubah. Pengeluaran pada bulan ini untuk konsumsi meningkat baik untuk kebutuhan bahan kebutuhan pokok maupun sandang.
Selain itu, masyarakat umumnya berekspektasi terjadi peningkatan pengeluaran dan harga dimana hal ini juga sejalan dengan ekspektasi para produsen, sehingga kenaikan harga menjadi tidak terhindarkan.
Tak heran dengan kondisi ini Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) di setiap daerah, termasuk Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah memprediksi tekanan inflasi pada Juni dan Juli bakal meningkat.
Selain Ramadhan dan Lebaran, faktor lain yang dapat menyebabkan tekanan inflasi meningkat diantaranya datangnya tahun ajaran baru dan masuknya periode penurunan panen.
Pada tahun ajaran baru, pengeluaran masyarakat meningkat untuk pembayaran uang sekolah dan pembelian seragam maupun peralatan alat tulis, sedangkan pada Juni merupakan periode dimana hasil panen mulai menurun khususnya padi.
Hal ini terkait dengan musim penghujan yang mulai mereda sehingga puncak panen padi di Jawa umumnya terjadi pada bulan Maret, sedangkan di Kabupaten Banyumas panen di bulan Juni sangat sedikit sehingga pasokan beras didatangkan dari luar daerah, seperti Kabupaten Demak.
Hasil pertanian, terutama padi menjadi salah satu komoditas yang sangat diperhatikan karena tingkat konsumsinya sangat tinggi. Artinya, ketika terjadi ada kenaikan harga beras Rp 100 per kilogram, bakal mendorong laju inflasi, begitu sebaliknya ketika ada penurunan harga akan memberikan sumbangan deflasi.
Berdasarkan data yang dikutip dari Badan Pusat Statistik Banyumas, pada Juni 2014 Kota Purwokerto mengalami inflasi sebesar 0,48 Persen dengan Indeks Harga Konsumen (IHK) sebesar 111,90. Angka ini lebih tinggi bila dibandingkan dengan Mei 2014 yang mengalami inflasi sebesar 0,08 persen dengan IHK sebesar 111,37.
Sumbangan inflasi per kelompok pengeluaran pada Juni 2014, yang meliputi kelompok bahan makanan memberikan sumbangan 0,22%; kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau 0,06%; kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar 0,09%; kelompok sandang 0,01%; kelompok kesehatan 0,06%; kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga 0,04%; serta kelompok transportasi, komunikasi, dan jasa keuangan 0,01%.
Adapun beberapa komoditas yang memberikan sumbangan terbesar terhadap terjadinya inflasi diantaranya bawang merah (0,08%), daging ayam ras (0,07%), telur ayam ras (0,06%), jeruk (0,04%), susu untuk balita dan bawang putih (0,02%), susu cair kemasan, cabai hijau, tomat sayur, jambu batu dan apel masing-masing (0,01%.
Sedangkan komoditas yang dominan memberikan sumbangan deflasi, yaitu kangkung (0,05%), ikan keranjang dan beras (0,03%), cabai merah (0,02%), pisang, cabai rawit, nangka muda dan labu siam/jipang masing-masing 0,01%.
Dengan demikian, tingkat inflasi tahun kalender (Juni) 2014 sebesar 2,11 persen dan tingkat inflasi tahun ke tahun (Juni 2014 terhadap Juni 2013) sebesar 6,42 persen. Sedangkan tingkat inflasi pada periode yang sama tahun kalender 2012 dan 2013 masing-masing 1,89 persen dan 3,87 persen dan tingkat inflasi tahun ke tahun untuk Juni 2012 terhadap Juni 2011 dan Juni 2013 terhadap Juni 2012 masing-masing 4,24 persen dan 6,77 persen.
Melihat perkembangan harga terutama komoditas kebutuhan pokok masyarakat, perlu ada kebijakan dari pemerintah daerah maupun peran TPID untuk mengendalikan harga kebutuhan pokok agar Ramadhan harga stabil.
Pengendalian harga yang paling utama, tentu dengan memenuhi pasokan barang yang beredar di pasaran untuk memastikan bahwa tidak ada kekurangan stok di pasaran meskipun peermintaan masyarakat meningkat.
Kedua, perlu ada informasi perkembangan harga yang akurat yang dipublikasikan melalui media internet untuk memberikan referensi harga kepada masyarakat serta menghindari adanya spekulasi para pedagang besar yang kerap memanfaatkan momen Ramadhan untuk menaikkan harga.
Ketiga, yang tak kalah pentingnya adalah kelancaran distribusi serta meningkatkan koordinasi antardaerah untuk memastikan tingkat kecukupan persediaan barang yang ada di masing-masing daerah tersebut.
Langkah-langkah tersebut patut menjadi perhatian karena data dari Bagian Perekonomian Setda Kabupaten Banyumas, untuk kebutuhan beras selama selama sebulan diperkirakan mencapai 8.452 ton, sedangkan gula pasir membutuhkan 163 ton, menyusul minyak goreng kebutuhan 185 ton, telur ayam membutuhkan 4.840 ton, daging sapi kebutuhannya mencapai 1.378 ton, daging ayam membutuhkan 2.189 ton, tepung terigu membutuhkan 116 ton dan gas elpiji 3 Kg membutuhkan 1.381.287 tabung.
Dengan melihat kebutuhan masyarakat tersebut, tentu pemerintah daerah harus menyediakan barang yang melebihi kebutuhan tersebut sehingga dapat meredam kenaikan harga. Di samping itu, peran TPID Banyumas perlu elakukan pemantauan ke pasar-pasar tradisional untuk mengetahui perkembangan harga.
Pemantauan ini sangat dibutuhkan untuk pengambilan kebijakan ketika terjadi gejolak harga. Dengan demikian, diharapkan inflasi di Kota Purwokerto pada Juli dapat terkendali dan sesuai ekspektasi para pemangku kebijakan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H