Lihat ke Halaman Asli

Puji Lestari

Guru PNS

Inovasi Pembelajaran IPA di MTsN 3 Bantul: Siswa Perbanyak Tanaman dengan Teknik Stek Pucuk

Diperbarui: 6 November 2024   22:34

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tanaman sirih dan cabe jawa saat masih di kerodong (dokumentasi pribadi)

Bantul, 6 November 2024 -- Sebagai bagian dari komitmen menjadi madrasah ramah lingkungan, MTsN 3 Bantul mengembangkan pembelajaran inovatif dalam mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) kelas 9 melalui praktik perbanyakan tanaman dengan teknik stek pucuk. Pembelajaran ini, yang sudah dimulai sejak 1,5 bulan lalu, bertujuan memperkenalkan metode perkembangbiakan vegetatif buatan yang efektif dan ramah lingkungan kepada siswa.

Dalam program ini, siswa belajar langsung menerapkan teknik stek pucuk pada berbagai jenis tanaman seperti pucuk merah, daun sirih, dan cabe jawa. Teknik ini menuntut ketelitian, khususnya pada tanaman pucuk merah yang lebih sensitif dan memerlukan perhatian ekstra. Siswa diajarkan memotong bagian pucuk tanaman dengan benar dan menempatkannya pada media tanam yang telah disiapkan. Untuk menjaga kelembapan optimal, stek ditutup dengan kerodong plastik, yang menciptakan lingkungan mikro yang memadai untuk pertumbuhan akar tanpa perlu penyiraman rutin, bahkan tanpa disiram air lagi..

Proses stek pucuk ini membutuhkan waktu sekitar 1 hingga 2 bulan hingga tanaman menghasilkan akar yang kuat. Dalam pembelajaran ini, guru juga mengenalkan siswa pada hormon perangsang akar alami, seperti lidah buaya dan bawang merah, yang tidak hanya efektif tetapi juga ekonomis dan ramah lingkungan. Alternatif ini memberi siswa pemahaman tentang bagaimana memanfaatkan bahan alami sekitar sebagai bagian dari upaya pembelajaran berbasis lingkungan.

Stek pucuk untuk tanaman pucuk merah (dokumentasi pribadi)

Penerapan Berkelanjutan dan Potensi Ekonomi

Keberhasilan awal pada tanaman-tanaman ini menjadi inspirasi MTsN 3 Bantul untuk memperluas jenis tanaman yang digunakan dalam teknik stek, di antaranya jambu air dan daun jeruk purut yang tersedia di lingkungan madrasah. Diharapkan, metode ini tidak hanya memperkaya pengetahuan siswa tentang adaptasi perkembangbiakan pada berbagai tanaman, tetapi juga menjadi peluang ekonomi. Hasil stek tanaman yang berhasil akan dipamerkan, bahkan dijadikan souvenir bagi orang tua atau wali murid saat pembagian rapor, mirip dengan pemberian ecoenzim yang pernah dilakukan oleh madrasah ini pada tahun sebelumnya.

Madrasah Ramah Lingkungan yang Membentuk Keterampilan Siswa

Menurut Puji Lestari, guru IPA di MTsN 3 Bantul, "Pembelajaran ini tidak hanya mengajarkan siswa mengenai konsep perkembangbiakan vegetatif, tetapi juga memberi pengalaman langsung dalam merawat tanaman dan mengembangkan hasilnya untuk tujuan bermanfaat." Melalui praktik ini, siswa dapat mengembangkan keterampilan berbasis lingkungan sekaligus nilai tanggung jawab terhadap alam.

hHasil stek pucuk daun sirih dan Cabe jawa setelah umur 1,5 bulan (dokumentasi pribadi)

Dengan program ini, MTsN 3 Bantul membuktikan komitmennya sebagai madrasah ramah lingkungan dan berkelanjutan. Siswa tak hanya memahami teori, tetapi juga terlibat dalam praktik yang membekali mereka dengan keterampilan nyata dan wawasan baru tentang wirausaha ramah lingkungan. Madrasah ini berkomitmen untuk terus menghadirkan metode pembelajaran inovatif dan membentuk generasi yang peduli serta bertanggung jawab terhadap kelestarian lingkungan

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline