Lihat ke Halaman Asli

Fenomena Tenaga Kesehatan PNS

Diperbarui: 25 Juni 2015   08:42

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sudah kurang lebih 3 tahun saya bekerja sebagai PNS, dari tahun ke tahun bukannya makin menghayati dan menikmati tapi justru sebaliknya. Sebagian besar masyarakat beranggapan seenak-enaknya orang bekerja adalah menjadi PNS, stigma yang sudah melekat pada PNS: kerja santai, baca koran, ngobrol, datang telat-pulang cepat, tapi maaf, itu tidak berlaku bagi kami yang bekerja sebagai tenaga medis di bawah naungan Pemkot Solo yang dipimpin oleh Pak Jokowi yang sudah termahsyur seantero dunia.

Di awal tahun seperti ini saat yang tepat untuk merubah peraturan daerah, termasuk retribusi, suatu ketika kami (saya dan rekan sekantor) menemukan daftar tarif pelayanan kesehatan hewan di Dinas Pertanian, saya terkejut, nominalnya jauh di atas tarif pelayanan kesehatan manusia, yang jadi pertanyaan: kok bisa seperti itu? okelah untuk tahun ini kami maklumi karena sudah terlanjur disahkan, tapi kami berencana mengusulkan untuk tahun depan mungkin bisa diperbarui sesuai dengan asas perikemanusiaan dan perikehewanan. Apakah kebijakan seperti ini sudah dicermati betul oleh petinggi kota? Memang tidak salah memberikan kemudahan pelayanan kesehatan untuk menyejahterakan dan menarik simpati mereka, tapi mencekoki masyarakat dengan fasilitas gratis yang memanjakan tanpa menilik unsur motivasi dan edukasi tentang pentingnya mencegah daripada mengobati sepertinya hanya akan membuahkan cibiran dari para PNS golongan rendahan yang notabene paling banyak keluar keringat untuk meyejahterakan masyarakat.

Siapapun yang membaca artikel, khususnya yang sedang atau berniat menjadi pejabat, mungkin bisa jadi bahan renungan bahwa balancing antara kesejahteraan anak buah dan masyarakat (customer) itu penting!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline