Lihat ke Halaman Asli

Puji Lestari

blogger - content writer

Teh Kokom, Saya, dan JNE

Diperbarui: 17 Januari 2022   14:18

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber: kreasi pribadi

Persahabatan saya dan Teh Kokom berawal dari sebuah butik online yang berlokasi di Bandung. Waktu itu sang pemilik butik sedang mencari seorang marketing online. Setelah beberapa kali wawancara via video call, lamaran saya pun diterima. Sesuai kesepakatan, saya bekerja secara online dari rumah saya yang berlokasi  di Kota Jogja. Saya lantas dikenalkan dengan tim yang mengelola butik secara offline, salah satunya Teh Kokom. Teh Kokom ini bertugas mencatat pesanan online yang masuk melalui saya, mengemas pesanan dan mengirimkannya melalui ekspedisi.

Pada awalnya, komunikasi dengan Teh Kokom hanya berlangsung via grup Whatsapp yang beranggotakan tim butik saja. Tapi kemudian kami mulai berkomunikasi secara pribadi. Biasanya saling berkeluh kesah tentang pekerjaan masing-masing, kendala-kendala pengiriman dan produksi hingga tentang keluarga. Di sela-selanya, topik-topik khas perempuan seperti masakan dan anak-anak menjadi hiburan kami.

Memulai Usaha Sendiri

Tahun berganti, tak terasa persahabatan jarak jauh kami sudah memasuki tahun yang keempat. Saat itulah dengan berat hati, saya memutuskan untuk mengundurkan diri sebagai marketing online di butik yang mempertemukan saya dan Teh Kokom. Setelah sekian lama, saya pikir sudah waktunya membangun usaha sendiri. Saya ingin punya toko online sendiri.

Hanya beberapa minggu kemudian, Teh Kokom pun mengundurkan diri. Sedikit terkejut sewaktu Teh Kokom mengabarkan keputusannya itu. Ia hanya bilang, ingin beristirahat dan menemani anaknya yang masih kecil.

Nah, setelah beberapa bulan tak bertukar pesan, dua baris pesan masuk via Whatsapp dari Teh Kokom membuat kening saya berkerut.
"Mbak, mau minta tolong. Jualin kursi kesehatan buatan kami. Mbak 'kan pinter jualan online. Ntar saya kasih persenan."

Setelah itu Teh Kokom mengirimkan sederet foto-foto kursi kesehatan buatan mereka.

Pesan itu saya abaikan, saya hanya mengirimkan sticker smile sebagai balasan. Terus terang, saya tak ingin direpotkan lagi dengan memasarkan produk orang lain. Saya ingin fokus membangun toko online milik sendiri meski masih belum membuahkan hasil seperti harapan.

Tapi pesan Whatsapp dari Teh Kokom tak berhenti. Kali ini Teh Kokom bercerita, bahwa suaminya juga telah mengundurkan diri dari tempatnya bekerja karena sesuatu hal.  Kini mereka berdua berada di rumah.

Sependek yang saya tahu, suami Teh Kokom ini bekerja di sebuah bengkel yang memproduksi aneka furnitur dari besi. Karena itu, tak mengejutkan jika suami Teh Kokom bisa memproduksi kursi kesehatan sendiri berbekal pengalaman dari tempatnya bekerja.

Hari-hari berikutnya, pesan Whatsapp dari Teh Kokom mulai mengusik hati kecil saya. Usaha Teh Kokom untuk memasarkan produk kursi kesehatan mereka secara offline di area Bandung tak berjalan baik. Suaminya sementara itu bekerja sebagai ojek online sambil terus berharap ada penjualan dari saya. Padahal saya belum melakukan apapun untuk mereka!

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline