Lihat ke Halaman Asli

Tradisi Ngetokke di Desa Tamanrejo

Diperbarui: 4 Agustus 2022   09:05

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Tradisi Ngetokke di Desa Tamanrejo

Oleh : Puji Larassati

Makan bersama sudah menjadi tradisi masyarakat Indonesia di berbagai daerah yang perlu dilestarikan. Bancakan salah satunya adalah cara menikmati makanan bersama dalam sebuah wadah. Acara ini biasanya dilakukan saat reuni keluarga atau kumpul-kumpul antar teman dan masyarakat umum.

Di desa Tamanrejo, kecamatan Limbangan, kabupaten Kendal, terdapat tradisi turun temurun dari generasi ke generasi yang sampai sekarang masih sering di laksanakan dan akan terus di lestarikan. Tradisi tersebut bernama "ngetokke" yang mana kalau di terjemahkan dalam bahasa Indonesia menjadi kata "mengeluarkan". Ngetokke disini itu adalah tradisi yang dilakukan oleh seluruh masyarakat desa Tamanrejo dengan membawa makanan dari rumah masing-masing dan berkumpul di musholla terdekat untuk makan bersama dengan warga sekitar lainnya.

Ngetokke adalah tradisi berkumpul dan berbagi orang Jawa Tengah, tepatnya bagi masyarakat desa Tamanrejo Limbangan Kendal. Suasana kekeluargaan dan kepercayaan sangat kental dalam tradisi ini. Menghubungkan keluarga dan teman serta perkuat komunitas.

Kebiasaan ini mungkin terdengar asing di telinga sebagian besar masyarakat Indonesia yang merupakan pembela hakekat gotong royong. Padahal, tradisi makan bersama masih dipertahankan oleh masyarakat di wilayah lain di Indonesia. Namun, nama dan aplikasinya mungkin berbeda.

Tradisi ngetokke ini di laksanakan pada setiap hari-hari besar, seperti hari raya idul Fitri maupun Adha, Muharram, Maulud, Rajab, Pitu Likuran tiap hari ke 27 puasa Ramadhan, Nyadran, Berkah Deso, dan Jumat Pahing Syaban. Tradisi ini memiliki perbedaan waktu saat pelaksanaannya, menurut pengalaman pribadi saat melaksanakan kegiatan KKN di Tamanrejo, pelaksanaan tradisi ini tidak selalu di pagi hari atau malam hari saja. Akan tetapi memiliki waktu-waktu yang berbeda tergantung kondisinya. Contohnya seperti "ngetokke" saat hari Raya Idul Adha yang dilakukan pada saat setelah selesai sholat riyoyo, dan saat malam satu suro tepat setelah sholat maghrib.

Antusiasme masyarakat dalam melakukan kegiatan ini terlihat dari cara mereka yang selalu mengikuti tradisi ngetokke dan banyaknya masyarakat yang ikut serta dalam kegiatan tersebut. Tradisi ini begitu melekat pada masyarakat desa Tamanrejo, mengingat tradisi ini selalu dilakukan pada hari-hari besar keagamaan dan lainnya, dan sudah berlangsung selama satu abad lamanya, sesuai dengan umur desa ini.

Tradisi ngetokke ini memiliki makna meminta keselamatan dan kesehatan bagi seluruh masyarakatnya. Di balik tradisi ini juga terdapat makna kesederhanaan dan kebersamaan yang begitu kental. Kesederhanaan terlihat dari bagaimana tradisi ini dilakukan. Duduk dan makan dari tempat yang sama, kemudian berbagi menu kesukaan dengan semua orang di satu tempat yang sama. Menu makanan dalam tradisi ngetokke ini bervariasi namun lebih banyak makanan tradisional jawa, seperti urap atau quluban sayur. Dalam tradisi ini juga tidak harus selalu membawa makanan bisa juga dengan membawa jajanan atau minuman.

Selain makna di atas, tradisi ini juga memiliki kebiasaan adanya gotong royong sebelum dan sesudah pelaksanaan kegiatan. Sifat gotong royong ini bisa dilihat dari makanan dan minuman yang di bawa setiap warga dan adanya rasa peduli kebersihan lingkungan hidup dengan bersih-bersih tempat yang di tempati. Begitu sudah siap, setiap anggota keluarga lalu mengambil tempatnya masing-masing. Sebelum dimulai acaranya, biasanya sesepuh atau anggota keluarga tertua atau yang dituakan akan menyampaikan sepatah dua patah kata. Setelah itu doa bersama, lalu barulah dimulai kegiatan makan bersama dan menikmati makanan yang ada.

Tradisi ngetokke memiliki banyak manfaat dalam mempererat tali persaudaraan, menyatukan perbedaan, menghilangkan kecanggungan antar warga dan adanya keakraban satu sama lain. Tradisi ngetokke ini juga bisa menumbuhkan rasa percaya dan solidaritas sosial yang lebih tinggi lagi terhadap tetangga dan saudara serta masyarakat lainnya. Banyak sekali manfaat yang bisa ambil dari adanya tradisi ngetokke ini. Masyarakat menjadi lebih mengenal dan akrab terhadap tetangga. Mengingat setiap warga memiliki kesibukan masing-masing dan jarang adanya interaksi sosial, dengan adanya tradisi ngetokke ini warga menjadi memiliki waktu yang cukup untuk membangun keakraban satu sama lainnya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline