Lihat ke Halaman Asli

puji handoko

laki-laki tulen

Tak Main-main, PLN Tingkatkan EBT Dua Kali Lipat Lima Tahun Mendatang

Diperbarui: 7 Oktober 2020   23:15

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

foto dok. Antara

Energi Baru dan Terbarukan (EBT) bukan slogan belaka, setidaknya bagi PLN. Sebab telah dirancang berbagai upaya untuk menggenjot bauran EBT sesuai target yang direncanakan. Tahun-tahun mendatang, PLN akan memfokuskan pembakitan energi dari jenis EBT.

Cita-cita ini memang akan berjalan dengan penuh tantangan. Misalnya karena pandemi Covid-19, konsumsi listrik masyarakat turun, kecuali pelanggan rumah tangga yang justru naik. Namun pelanggan dari jenis Industri, Pariwisata, Sosial mengalami penurunan drastis. Pelarangan berkerumun membuat lokasi wisata ditutup, hotel sepi, acara perayaan batal dilakukan.

Semua itu berakibat pada menurunnya pemakaian listrik. Padahal pembangkit listrik jalan terus. Namun kendala itu tidak akan menyurutkan langkah PLN untuk mewujudkan bauran energi yang lebih ramah lingkungan.

Wakil Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo mengakui bahwa saat ini suplai listrik Indonesia memang masih didominasi oleh pembangkit berbahan bakar fosil. Apa yang dikatakan Darmawan itu mengingatkan pada sejarah, dulu Indonesia sempat mengalami defisit kelistrikan. Jumlah listrik yang dibangkitkan tidak mencukupi jumlah yang dikonsumsi masyarakat.

Oleh sebab itu, Darmawan kembali mengatakan, sejak 2014---2022 pembangunan pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) menjadi prioritas perseroan. Hal itu sebagai upaya untuk mengatasi defisit pasokan listrik di sistem kelistrikan Indonesia.  Tahun yang disebutkan Wadirut PLN itu adalah periode naiknya Jokowi ke pucuk pimpinan di Republik ini.

Ya sejak Jokowi menjabat itulah, berbagai tantangan di dunia kelistrikan mencoba diatasi dengan cepat. Dan terbukti, Jokowi telah sukses membuat pembangkitan energi listrik mencukupi dan tidak defisit lagi.

"Saat 2014, kami alami banyak defisit di 22 sistem kelistrikan.  Itu kenapa di tahap pertama pemerintah mencoba menstabilisasi keseimbangan supply demand dalam waktu yang singkat.  Dalam 5 tahun pertama, kami bangun PLTU untuk menyediakan base load yang stabil untuk sistem sambil menjaga biaya produksi," kata Darmawan, sebagaimana dikutip Bisnis.com, Rabu 7 Oktober 2020.

Namun, saat ini perseroan mulai beranjak ke proses transisi energi dari fosil ke EBT. Sekali lagi pandemi Covid-19 membayangi niat luhur itu. Sebab, sekarang saja banyak suara sumbang terhadap program pemerintah yang akan meningkatkan bauran EBT menjadi 23 persen pada 2025 nanti. Namun sebagaimana pemerintah, PLN agaknya tidak akan surut ke belakang. Bahkan perusahaan pelat merah itu akan meningkatkan pembangunan pembangkit EBT dua kali lipat dalam lima tahun ke depan.

"Sekarang kapasitas terpasang EBT baru mencapai 7,8 gigawatt, tetapi dalam 5 tahun ke depan, kami akan double EBT itu dari 7,8 gigawatt menjadi 16,3 gigawatt," Jelas Darmawan.

PLN memang telah menempuh berbagai cara untuk mewujudkan itu, beberapa hal yang telah dilakukan antara lain, mengembangkan pembangkit hidro dan panas bumi. Semua itu telah dan sedang dikerjakan. Terutama di daerah-daerah pinggiran. PLN telah memetakan potensi energi di wilayah tersebut, dan membangkitkan energi sesuai karakter wilayahnya masing-masing.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline