Lihat ke Halaman Asli

Puji Hastuti

TERVERIFIKASI

DOSEN POLTEKKES KEMENKES SEMARANG

Berburu Minyak

Diperbarui: 2 Maret 2022   06:23

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bisnis. Sumber ilustrasi: PEXELS/Nappy

Tidak menyangka kalau minyak itu benar-benar langka. Sudah 5 toko kusambangi. Sudah 3 warung kudatangi. Kasir bilang tidak ada minyak. Hari itu tidak ada pengiriman. Pemilik warung bilang barang sudah habis. Hasil kulakan hari ini sudah terbeli semua.

Hari itu memang agak sore aku datang ke warung. Awalnya santai saja mau beli minyak karena persediaan di rumah habis. Kebetulan koperasi tempat berbelanja juga tutup. Petugasnya sedang tidak enak badan dan ijin tidak masuk. 

Dari warung yang satu aku pergi ke warung lainnya. Lho ternyata di situ habis juga. Pemilik warung mengatakan sejak kebijakan minyak murah Rp 14.000 perliter barang jadi langka. Tidak gampang nyari minyak. Akibatnya kulakan pagi hari bisa langsung terserbu habis. 

Minyak yang biasanya berjejer rapi di rak-rak supermarket dengan berbagai merk, bisa kosong sama sekali.  Hari itu terpaksa tidak bikin gorengan lagi. Bahkan untuk  menumispun akhirnya pakai mentega. Tak ada minyak mentegapun jadi. Jadilah makan sore dengan oseng sayur kangkung dan goreng tempe mentega.

Menanggapi keluhan minyak langka dari beberapa anggota, koperasi akhirnya membuka pesanan pengadaan minyak. Ternyata daftar pesanan lumayan banyak. 

Rupanya ketiadaan minyak membuat enggan untuk ikut antri dan lebih baik beli di koperasi. Koperasi pegawai di tempat aku bekerja memang membuka usaha jual beli sembako. Berbagai barang kebutuhan rumah tangga bisa beli di sana termasuk minyak.

Menjadi tugas pengurus untuk berburu minyak. Aku yang ikut menjadi pengurus koperasi juga ditugaskan mencari barang yang namanya minyak goreng. 

Nyari jebutuhan sendiri yang hanya 1-2 liter saja harus ke sana kemari ini harus nyari dalam jumlah banyak sekitar 40 literan. 

Pencarian minyak dimulai. Menghubungi sales yang biasa ngedropi hanya sanggup 2 dus itupun sekitar 2 minggu lagi karena jatahnya dibatasi. Menghubungi warung yang biasa dibelanjani mau menyediakan namun bukan harga yang diumumkan. Mengantri di supermarket itupun bisanya 2 liter saja karena dibatasi. 

Alhasil pengurus dapat minyak tersebut dengan harga dan merk yang berbeda-beda. Tidak lagi harga yang sesuai dengan pengumuman tersebut. Akhirnya harga dikalkulasi sesuai yang didapatkan dan ditetapkan sebagai harga jual koperasi.

Permasalahan baru didapatkan. Pesanan yang sudah disiapkan ada yang tidak mau mengambil karena harganya jauh lebih mahal dari harga di pasaran yang ditentukan. Yah namanya juga dapat barang hasil grantingan ( beli di berbagai tempat) tentu saja berbeda-beda harga. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline