Lihat ke Halaman Asli

Puji Hastuti

TERVERIFIKASI

DOSEN POLTEKKES KEMENKES SEMARANG

Ibu Pun Akhirnya Bisa Dirawat Inap

Diperbarui: 5 Mei 2020   14:06

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ibu dirawat di RS di masa pandemi Corona dan Ramadan / dokpri

Ramadan yang berbeda, Ramadan yang mengiringi pandemi Covid-19 dimana data per 4 Mei 2020 di Indonesia 11.587 positif dengan sembuh 1.954 dan meninggal dunia 864. Ramadan yang penuh keprihatinan karena tidak hanya yang positif saja yang merasakan, namun banyak lagi yang terdampak Covid-19 ini.

Kalau boleh dituliskan di sini, bentuk keprihatinan kita banyak. Tidak hanya secara ekonomi berdampak, namun  menyentuh seluruh unsur-unsur kehidupan. Aspek biologi, psikologi, sosial, spiritual, politik, pertahanan keamanan terdampak semua. Tidak hanya individu, namun keluarga, kelompok masyarakat serta bangsa dan negara bahkan seluruh dunia merasakan adanya dampak corona.

Dari janin dalam kandungan, bayi, anak, remaja, dewasa dan lansia semua terdampak. Ketakutan dan kekhawatiran adanya corona benar-benar merajalela. Kematian seolah sangat dekat. Kepada orang di sekitar kita sudah tidak percaya lagi. Kewaspadaan menjadi kebutuhan. Kita   memberikan perlindungan kepada diri dan yang lain dengan jaga diri untuk tetap di rumah saja, pakai masker, selalu cuci tangan.

Kewaspadaan dan kehati-hatian terhadap corona ini yang kadang menyulitkan juga. Bagaimana tidak? Sekarang mudik dilarang, orang bepergian dari satu daerah ke daerah lain tidak boleh. Akhirnya kesempatan untuk bersilaturahmi, bertemu dengan orang lain sangat terbatas. Bahkan ibadah secara berjamaah juga ditiadakan. Semua itu adalah untuk menghindari kumpul-kumpul sebagaimana kebiasaan kita sebelum corona.

Imbas dari pandemi juga berdampak pada pelayanan kesehatan juga. Kalau selama ini kita bebas memeriksakan diri ke tempat pelayanan kesehatan, saat ini sepertinya dibatasi. Kalau tidak betul-betul dalam keadaan darurat yang mengancam jiwa, lebih baik tidak periksa. Mengapa begitu?

Penularan virus Covid-19 yang sedemikian masif dan ganasnya membuat kita harus waspada dan hati-hati. kita tidak tahu siapa yang sudah kena taupun yang tidak. Positifpun belum tentu ada gejala. Namun dia sudah bisa menularkan. Yang paling dikhawatirkan adalah apabila mereka yang tertular sudah mempunyai penyakit sebelumnya atau penyulit lainnya maupun usia lanjut. 

Faktor-faktor tersebut bisa memperparah kondisinya dan menyebabkan angka kematian meningkat. Untuk itu kita tidak bisa dengan mudah memeriksakan anggota keluarga yang sakit. Seperti diceritakan oleh teman di kantor yang anaknya sakit batuk pilek dan demam. 

Ketika periksa ke dokter A di tempat prakteknya ternyata begitu tahu gejalanya adalah batuk, beliau langsung menolak untuk memeriksa dan menganjurkan ke rumah sakit. Mendengar anjuran tersebut tentu saja teman menolak karena merasa anaknya hanya batuk pilek biasa dan tidak perlu ke rumah sakit. Namun karena dokter menolak memeriksa akhirnya pindah ke dokter lain dan dokter yang kedua mau memeriksa dengan memakai masker tentunya.

Ternyata kondisi tersebut juga dialami oleh ibu mertua yang berumur 72 tahun. Hari ke 4 ramadan ibu mengeluh sakit perut dan mual muntah, serta tidak mau makan. Ibu memang punya penyakit gastritis sudah cukup lama. Mungkin karena kondisi puasa dan ada faktor pencetus lainnya akhirnya penyakit lambungnya kambuh. Melihat kondisi demikian, awalnya kami menyarankan ke ibu untuk minum obat yang dibelikan di apotik saja. Kenapa kami hanya memberikan obat yang beli di apotik tidak langsung dibawa periksa? 

Situasi pandemi Covid-19 yang mencemaskan ini menyebabkan kami tidak berani gegabah membawa ke tempat pelayanan kesehatan. Kondisi ibu yang memang sudah biasa merasakan gejala begitu dan biasanya cukup hanya dengan meminum obat menjadi alasan kami juga, selain khawatir kalau dibawa ke tempat pelayanan kesehatan nantinya bisa kontak dengan orang yang mungkin positif .

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline