JURNAL REFLEKSI DWI MINGGUAN KE 9
(Modul 3.1)
NAMA : PUJI ASTUTI
SEKOLAH : SD NEGERI 3 PAKEL
KELAS : 134 B
PERIODE : 03 April-15 April 2023
Assalamu'alaikum wr.wb.
Saya Puji Astuti, Calon Guru Penggerak Angkatan 7 Kabupaten Trenggalek. Di jurnal dwi mingguan, saya menulis refleksi mengenai kegiatan-kegiatan yang sudah saya lalui selama dua minggu, yaitu pada Modul 3.1 Pengambilan Keputusan Berbasis Nilai-Nilai kebajikan sebagai pemimpin, yaitu mulai kegiatan Eksplorasi Konsep, moda Diskusi Asynkron melalui LMS, dilanjutkan Diskusi pada Ruang Kolaborasi, Demonstrasi Kontekstual dan Elaborasi Pemahaman.
Jika pada dwi Mingguan ke 8 saya memilih Model Segitiga Refleksi, maka pada jurnal refleksi Dwi Mingguan ke 9, saya memilih Model Driscoll. Model ini dikenal dengan Model "What?". Berikut pemaparannya:
- WHAT? (Deskripsi Peristiwa yang terjadi)
- Peristiwa yang saya alami mulai eksplorasi konsep, yaitu melakukan diskusi asynkron bersama rekan CGP melalui LMS, kita bersama-sama belajar untuk menganalisis kasus yang ada di LMS. Saling memberikan komentar, saran dan penguatan melalui LMS, kami juga saling sharing pengalaman dan menyampaikan pendapat. Melalui studi kasus yang ada, saya juga belajar mengambil keputusan dan mengujinya dengan 9 langkah pengambilan keputusan.
- Pada ruang kolaborasi, kami dibentuk dalam kelompok kecil untuk mencari satu studi kasus nyata yang sering dihadapi di sekolah. Pada kesempatan ini kami mengangkat kasus tentang dilema etika pemberian nilai pada siswa.
- "Sekolah mengharuskan guru untuk memberikan nilai murid minimal sesuai KKM sekolah. Kenyataannya, ada murid yang kemampuan akademiknya kurang, sehingga memperoleh nilai di bawah KKM. Kondisi tersebut menimbulkan dilema etika bagi guru kelas. Memilih untuk mengikuti aturan sekolah atau memberikan nilai apa adanya kepada murid. Guru sudah melakukan kegiatan pembelajaran dengan berbagai macam metode dan media pembelajaran. Guru juga sudah melakukan perbaikan dan pengayaan beberapa kali, namun tetap masih ada siswa yang nilainya di bawah KKM. Guru juga merasa kasihan kepada siswa, jika sampai tinggal kelas, padahal siswa tersebut secara non akademik mampu. Selain itu anak itu termasuk anak yang sopan, ramah dan peduli terhadap sekitarnya. Jika sampai anak tidak naik kelas, maka anak akan merasa malu dengan temannya dan bisa berujung putus sekolah."
- Berdasarkan kasus di atas kami melakukan analisis melalui Sembilan langkah pengambilan keputusan meliputi, mengenali nilai-nilai yang saling bertentangan, menentukan siapa yang terlibat, mengumpulkan fakta-fakta yang relevan, melalukan pengujian benar atau salah (uji legal, uji regulasi, uji intuisi, uji publikasi dan uji panutan/idola), pengujian paradigma benar lawan benar, melakukan prinsip resolusi, investigasi opsi trilema, buat keputusan, dan terakhir melihat lagi keputusan yang telah dibuat dan merefleksikannya.
- Kami di dalam kelompok, saling menyampaikan pendapat hingga akhirnya didapatkan satu keputusan yang terbaik ketika menghadapi dilema etika di atas. Keputusan yang dibuat berdasar kasus dilema etika di atas, yaitu:
- Guru memberikan nilai minimal KKM atau di atas KKM bagi siswa yang kurang dengan pertimbangan
- Perilaku anak selama di sekolah baik, contohnya ramah, sopan dan peduli
- Anak mengumpulkan tugas tambahan sesuai minat dan bakat yang mereka miliki berupa artikel, kliping, video, ataupun lainnya.
- Pada Demonstrasi Kontestual, sesuai petunjuk pada LMS saya melakukan wawancara dengan dua Kepala Sekolah terkait dengan pengambilan keputusan yang selama ini telah beliau berdua laksanakan di sekolah masing-masing. Narasumber yang saya wawancarai, yaitu :
- Ibu Awin Mahrobin, S.Pd.SD selaku Kepala Sekolah SDN 3 Pakel tempat saya mengajar.
- Ibu Sri Lestari, S.Pd selaku Kepala Sekolah TK Dharma Wanita 3 Pakel, yang lokasinya berdekatan dengan sekolah saya.
Saya melakukan wawancara secara terbuka dan secara langsung, namun dalam waktu yang berbeda dengan dua kepala sekolah ini. Saya menggunakan panduan pertanyaan wawancara sesuai dengan petunjuk dari LMS, meski ada beberapa yang saya tambah sesuai dengan topik perbincangan, hal ini saya lakukan dengan tujuan agar saya bisa memperoleh informasi, pengalaman dan juga pembelajaran baru terkait pengambilan keputusan pada sebuah lembaga.
Kegiatan pembelajaran yang saya ikuti selanjutnya, yaitu Elaborasi Pemahaman bersama Ibu Ajeng Wulansari. Melalui zoom meeting ini saya lebih memahami tentang materi pengambilan keputusan berdasarkan nilai-nilai kebajikan. Kegiatan elaborasi berlangsung cukup interaktif, adanya Tanya jawab dan saling menyampaikan pendapat, sehingga sangat membantu saya untuk lebih memahami materi modul 3.1. Penyampaian dan penjelasan dari Ibu Ajeng, juga mudah dipahami.
- SO WHAT? (Analisis dari peristiwa yang terjadi)
- Perasaan saya selama mengikuti kegiatan eksplorasi konsep, ruang kolaborasi, demonstrasi kontekstual, elaborasi pemahaman dan koneksi materi ini merasa sangat senang, karena banyak ilmu-ilmu baru yang saya dapatkan. Saya juga mendapat pengalaman baru, bisa bertukar pemikiran dengan rekan-rekan CGP, selain itu melalui tugas Demonstrasi Kontektual, saya bisa belajar bersama dengan Kepala sekolah di SD dan di sekolah TK, yang beliau lebih bepengalaman dan lebih memahami kasus dilema etika yang terjadi di sekolah. Melalui kegiatan ini, saya menjadi semangat untuk menerapkan ilmu dan pengalaman pada modul 3.1 di sekolah saya, utamnya dalam pengambilan keputusan terkait kegiatan pembelajaran di kelas bersama murid-murid saya.
- Jika sebelum belajar materi ini saya sering mengambil keputusan dengan menggunakan prinsip berbasis peraturan, maka setelah ini saya menjadi paham bahwa dalam mengambil keputusan perlu analisis-analisis, pertama kali kita harus memahami, masalah yang kita hadapi termasuk Bujukan Moral atau Dilema etika. Ketika Bujukan Moral, kita harus langsung mengambil keputusan benar, dan tidak perlu analisis panjang. Namun jika Dilema Etika, maka perlu dilakukan analisis selanjutnya, hingga sampai pada pengambilan keputusan terbaik. Dalam pengambilan keputusan terkait masalah di sekolah, hal yang paling utama terkait keputusan yang kita ambil harus berdasarkan tiga unsur yaitu, berpihak pada murid, berdasarkan nilai-nilai kebajikan dan bertanggung jawab terhadap segala konsekuensi dari keputusan yang diambil.
- NOW WHAT? (Tindak Lanjut dari peristiwa yang terjadi)
- Selanjutnya berdasarkan materi, ilmu, pengalaman dan juga sharing bersama fasilitator, pengajar praktik dan kepala sekolah serta rekan guru penggerak, maka ke depan saya akan berusaha menerapkan semua itu secara maksimal untuk mengambil keputusan sesuai langkah-langkah yang telah saya pelajari dan tetap berpegang teguh pada tiga unsure utamnya berpihak pada murid.
- Selain itu untuk memperdalam pemahaman saya, saya akan mencari informasi dan materi lain melalui internet dengn membaca artikel, melihat video youtube, diskusi dengan rekan kerja dan juga pihak-pihak yang bisa membagi pengalaman dengan saya, baik di lingkup sekolah maupun luar sekolah. Untuk mewujudkan itu semua, saya memerlukan dukungan dari keluarga, rekan kerja, kepala sekolah, dan juga kerjasama yang baik dengan siswa dan wali murid.
- Sebagai tindak lanjut dan berbagi pengalaman, maka saya akan membagikan pengalaman ini kepada rekan saya, melalui diskusi sederhana, membantu mengarahkan rekan guru ketika menghadapi dilema etika saat pembelajaran di kelas. Menjelaskan pentingnya pengambilan keputusan berdasarkan tiga unsur, yaitu berpihak pada murid, berdasar nilai kebajikan dan bertanggung jawab atas konsekuensi keputusan.