Lihat ke Halaman Asli

Dini Pujiarti

Orang biasa, Indonesia

Konservasi Rangkong Badak

Diperbarui: 3 Juli 2021   07:33

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Nature. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Miris" adalah kata pertama yang muncul setelah sekian lama tidak menulis di kompasiana. Kenapa? Ini karena salah satu berita tentang perburuan satwa langka yaitu burung Rangkong Badak di Aceh. 

Burung Rangkong Badak atau Buceros rhinoceros merupakan satwa langka dan endemik serta eksotik. Di Kalimantan Selatan burung Rangkong dikenal dengan nama burung Enggang, sementara di Kalimantan Tengah burung ini dinamai burung Tingang. Burung ini juga menjadi salah satu lambang di salah satu Universitas ternama di Kalimantan yaitu Universitas Lambung Mangkurat.

Berdasarkan informasi dari IUCN burung Rangkong Badak termasuk ke dalam spesies yang memiliki resiko punah di alam liar, dikategorikan rentan atau Vulnerable (VU).

Habitat spesies ini adalah dataran rendah, perbukitan dengan menyebar ke hutan sekunder dan hutan rawa. Makanan burung Rangkong adalah buah-buahan, hewan kecil, kadal, serta katak pohon (Omnivora). Rangkong Badak tersebar di Brunei Darussalam, Indonesia, Malaysia, Thailand dan Singapure. Akan tetapi spesies sudah dinyatakan Extinct (Punah) di Singapure.

Burung Rangkong atau dikenal juga dengan The Rhinoceros Hornbill biasanya terlihat selalu berpasangan, selain itu spesies ini juga membentuk kelompok besar hingga 15 individu (dewasa muda). Jenis Rangkong lain yang juga dilindungi yaitu Rangkong Oriental Pied, Rangkong Jambul Lebat, dll.

Rangkong Badak adalah hewan yang harus dilindungi atau dikonservasi mengingat jumlahnya yang sudah tidak banyak lagi di alam, jangan sampai anak cucu kita (generasi mendatang) tidak bisa melihat lagi burung Rangkong karena sudah punah.

Edukasi kepada masyarakat baik dari yang muda sampai yang tua tentang pentingnya konservasi satwa langka perlu dilakukan secara terus menerus. Peringatan dan denda serta hukum harus ditegaskan kembali.

Lucunya di Negeri ini semakin langka suatu spesies maka semakin banyak yang memburu untuk diperdagangkan. Ketika dunia saat ini sedang tidak baik-baik saja, kita semua seakan lupa sekeliling kita. Segala bencana alam yang hadir mungkin peringatan dari Tuhan untuk kita sebagai khalifah di muka bumi.

"Mungkin Tuhan mulai bosan melihat tingkah kita yang selalu salah dan bangga dengan dosa-dosa, atau alam mulai enggan bersahabat dengan kita, coba kita bertanya pada rumput yang bergoyang" Katanya Ebiet G. Ade sih begitu.

Lalu apa yang bisa kita lakukan sebagai orang awam yang tidak terlalu concern terhadap satwa liar dan hewan langka. Kita bisa mulai dengan menjaga lingkungan sekitar kita, kemudian memberitahu orang lain apabila kita tahu hewan tersebut termasuk hewan yang dilindungi, satu kata yang keluar dari mulut kita untuk memperingatkan orang lain, contoh "STOP" atau "JANGAN" itu bisa menyelamatkan kita dan satwa tersebut.

Semoga tidak ada lagi berita-berita tentang orang yang ditangkap karena memburu spesies langka, SALAM LESTARI, SALAM KONSERVASI!!!!!

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline