Lihat ke Halaman Asli

Tiada Peluang Bagi Dinar dan Dirham di Indonesia

Diperbarui: 24 Juni 2015   19:02

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dinar dan dirham dikenal sebagai mata uang islam yang tahan terhadap inflasi. Konon, penggunaan mata uang ini akan lebih efektif dan efisien daripada penggunaan mata uang kertas seperti sekarang ini. Namun, dilihat dari segi efisiensi, uang kertas terbukti lebih mudah dibawa kemana – mana ketimbang koin dinar maupun dirham yang berupa logam. Kefisienan ini tidak sepenuhnya benar untuk mampu diterapkan sebagai alat tukar. Jika kita melihat sejarah, mata uang kertas pernah mengalami depresiasi yang luar biasa di negara – negara di dunia. Awal pola depresiasi mata uang ini sebenarnya telah dimulai sejak terjadinya krisis ekonomi yang paling besar pada masa tahun 1997an. Beberapa mata uang kertas yang paling dominan dipergunakan dalam pertukaran termasuk pembayaran ekspor maupun impor semakin memperburuk keadaan.

Tabel 1 Share Mata Uang Dominan dalam Cadangan Devisa Internasional dalam (%)

Mata Uang

1997

1998

1999

2000

20001

2002

2003

2004

2005

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline