Lihat ke Halaman Asli

Primanata Dian Isa

Bencoolen Magazine

Cicak dan Buaya

Diperbarui: 24 Juni 2015   21:58

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

"CICAK DI POHON BAKAU,BUAYA CARI MUARA"

Buaya santai berjalan di sela hutan bakau
busungnya buncit kekenyangan
buntutnya berlenggang pelan mirip-mirip ekor bebek
merayap di pasir kecoklatan tempat ia mencari makan
kulitnya coklat,tebal,dan merasa kebal
Beberapa menit kemudian buaya risih
badannya yang besar sangar
tiba-tiba seperti patung monumen di SURABAYA
mendengar para cicak yang bertanya-tanya
"Apa sih yang ada di perutnya"?

Cicak masih di pangkuan pohon bakau
pohon bakau saksi bisu dari aksi buaya
yang melumat burung bangau rawa
tapi cicak sampai saat ini masih makan nyamuk
kebiasaan cicak merayap diam-diam itulah yang tidak disukai buaya

Diskusi para cicak semakin panas
Bagaimana buaya bisa makan bangau..?
Seperti apa caranya...?
Padahal bangau punya sayap..?
Padahal buaya tidak punya lidah seperti kita?
Padahal buaya tidak bisa merayap..?

Kura-kura,umang-umang masuk ke cangkangnya secepat kilat
karna si kura dan si umang gak mau ambil bicara
padahal mereka setiap hari melihat bulu bangau ber-terbangan
bangau hilang,bulunya yang putih kini terendam lumpur
tingkah kura dan umang bikin cicak tambah penasaran

Buaya ingin pergi
tapi pohon bakau di mana-mana
Cicak masih saja mengikuti
meski sampai matahari terbenam cicak belum menemukan jawaban

Cicak tak takut berhadapan dengan buaya
karna cicak tau buaya tak bisa menjamahnya
Sementara buaya kebinggungan mencari muara sungai
berharap menemukan biawak yang mirip dengannya
agar cicak beralih cerita

DEPOK,03 Nov12'
PRIMANATA




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline