Lihat ke Halaman Asli

Pujakusuma

Mari Berbagi

Anies Lempar Handuk, Ganjar Pasang Badan

Diperbarui: 21 Januari 2021   08:46

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dok jpnn.com

Ibarat perang, kondisi Indonesia menghadapi pandemi saat ini sedang genting-gentingnya. Musuh masih terlalu tangguh, jumlahnya semakin banyak. Sementara amunisi bangsa ini tinggal sedikit, pun nyali menciut melihat jumlah pasukan yang terus berkurang karena mati di medan pertempuran.

Sejumlah strategi telah dilakukan, tapi hasilnya belum jua memuaskan. Meski begitu, bangsa ini tak boleh menyerah. Apapun harus dihadapi dan terus berusaha untuk memenangkan pertempuran ini.

Di tengah kondisi yang serba tak pasti ini, rakyat butuh pemimpin yang tangguh. Pemimpin yang mampu terus mengobarkan semangat perlawanan dalam dada, bukan pemimpin yang mlempem dan lemah. Optimisme harus terus digelorakan, meskipun berat untuk mewujudkannya.

Tak boleh ada kata menyerah. Karena menyerah berarti kalah. Kalah berarti terpuruk. Dan terpuruk berakhir pada penderitaan.

Terkejut juga mendengar kabar bahwa Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan seolah menyerah dengan penanganan Covid-19 di daerahnya. Meski tak secara gamblang dikatakan seperti itu, namun keputusannya menyerahkan penanganan Covid-19 di DKI Jakarta pada pemerintah pusat adalah bentuk ketidakmampuan Anies menangani pandemi.

Anies beralasan, kondisi Jakarta saat ini sudah tidak bisa terkendali. Seluruh fasilitas rumah sakit terbebani karena harus menampung pasien dari luar DKI Jakarta. Dengan diserahkan penanganan Covid-19 pada pusat, ia berharap ketersediaan fasilitas rumah sakit bisa bertambah.

Yah, Anies sepertinya sudah melempar handuk putih. Ia menyerah dalam penanganan Covid-19 di Jakarta dan meminta pemerintah pusat mengambil alih.

Entah apa yang membuat Anies mengambil keputusan itu. Padahal ia sadar, secara politis keputusan itu sangat-sangat tidak populis. Masyarakat akan menilai bahwa Anies tak mampu menjadi seorang presiden, karena menyelesaikan masalah Covid-19 di Jakarta saja tidak bisa. Atau yang terparah, Anies dicap sebagai pemimpin yang bermental kerupuk, tak punya daya juang untuk menyelamatkan rakyatnya apapun yang terjadi dan bagaimanapun caranya.

Beda Anies, beda pula Ganjar Pranowo. Jika Anies memilih lempar handuk, Ganjar memilih pasang badan dalam penanganan Covid-19 di Jawa Tengah. Berkali-kali ia menegaskan, tak ada yang salah jika penanganan pandemi di Jateng buruk. Hanya ada satu orang yang pantas disalahkan, yakni Ganjar Pranowo.

Semangat itulah yang membuat seluruh instansi di Jateng bekerja all out dalam penanganan pandemi. Sejumlah persoalan yang muncul, dihadapi oleh Ganjar sendiri, tanpa menyalahkan atau mengumpankan bawahannya.

Sebagai daerah dengan luas wilayah dan jumlah penduduk cukup besar di Indonesia, Ganjar menghadapi persoalan yang lebih kompleks dari Jakarta. Dengan 35 Kabupaten/Kota yang memiliki otonomi daerah sendiri, Ganjar tidak bisa semudah Anies untuk memerintahkan para kepala daerah itu bekerja menyukseskan penanganan Covid-19. Jika Anies dapat memerintah seenak hati pada Wali Kota yang ada di bawahnya karena ditunjuk langsung, Ganjar harus menggunakan pendekatan-pendekatan intensif pada 35 kepala daerah di bawahnya untuk satu suara dalam rangka menyelesaikan pandemi.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline