"If you can't explain it simply, you don't understand it will enough"
-Albert Einstein
Aku memiliki seorang teman yang cukup humoris. Dalam ilmu psikologi, seseorang yang humor atau memiliki selera humor justru cenderung lebih cerdas dari seseorang yang jauh lebih serius.
Hal ini aku amini dengan mengetahui bahwa ternyata benar adanya, dilihat dari buku bacaan yang biasa ia baca justru berbanding terbalik dengan kepribadian yang biasa ditampakkan kepadaku.
Suatu saat aku berkunjung ke kos salah satu temanku dan yang pertama menarik perhatianku adalah daftar buku bacaannya yang terjejer rapi di rak.
Ini pertama kalinya aku berkunjung ke tempatnya setelah sebelumnya kami hanya biasa bertemu diluar. Topik yang sering kali kami diskusikan ketika bertemu-pun adalah seputar persiapan studi lanjut.
Aku merasa nyaman berteman dengannya adalah karena memang selain easy going namun selalu ada 'isi' di setiap diskusi yang kami lakukan.
Sebagai sesama perempuan, biasanya ketika bertemu diluar akan lebih sering bergosip atau membicarakan satu hal yang tak terlalu penting, namun aku dengan temanku yang satu ini tidak.
Kembali lagi ke koleksi buku bacaan miliknya, buku koleksinya terbilang 'cukup berat' dibandingkan buku-buku yang biasa aku baca. Berat disini bukan dari segi fisik yang berat bila ditimbang, namun konteks bacaan yang ia miliki memaksa otak untuk berpikir lebih keras.
Aku kira, orang yang humoris memiliki kecenderungan otak kanan dalam berpikir,tapi ternyata temanku ini jelas sekali condong ke otak kiri. Kutemui buku bacaannya terkait buku-buku pemikiran, sejarah umat manusia, bahkan masih kutemui beberapa buku fisika, kimia dan semacamnya berjejer rapi padahal jurusan kuliahnya juga di bidang sosial.