"Aku suka momen lebaran, tapi tidak suka dengan topik obrolan yang terkadang dibangun tanpa perasaan" (Puja Nor Fajariyah)
Siapa sih yang tidak bersuka cita dengan adanya momen lebaran? Ia yang datangnya selalu dinanti dan memang kita berharap untuk dipertemukan.
Lebaran tentu saja memiliki makna bagi setiap orang. Kalau dikata, ia merupakan momen kemenangan. Tapi, di balik momen lebaran yang seharusnya dijalani dengan penuh sukacita, tak semua orang melakukan hal serupa.
Terkadang suasana lebaran menjadi ternoda dengan obrolan yang menghancurkan suasana, ia bisa datang dari tetangga atau ya keluarga itu juga.
Itulah mengapa, banyaknya meme bertebaran di media itu benar adanya. Atau kamu hari ini menjadi salah satu yang merasakannya?
Ada banyak tipe obrolan yang dibicarakan ketika momen hari raya. Seperti bertanya kabar karier, kondisi keluarga, hingga pertanyaan-pertanyaan lain yang kita sendiri mengharap untuk ditanya.
Kemarin malam, aku membaca sebuah kiriman di akun Instagram Riliv mengenai bagaimana seharusnya kita menanggapi apabila bertemu dengan orang atau pertanyaan beracun alias toxic di hari raya.
Bukan tanpa alasan, karena memang pada faktanya, kita yang berada di fase umur dua puluhan kerap menjadi sasaran paling empuk untuk dibicarakan dan dipertanyakan mengenai mau ngapain di masa depan.
Sebenarnya, tak ada yang salah dengan itu semua, namun menjadi salah ketika pertanyaan tadi datang bukan dengan niat mempertanyakan namun untuk meremehkan.
Seolah, kondisi kita di masa depan harus dijelaskan di masa sekarang. Banyak dari orang terdekat kita yang menuntut kita akan kepastian padahal sebelumnya tidak pernah memberikan bantuan seremeh dukungan. Banyak nih, yang pas udah balik dari silaturrahim ke mana-mana, balik ke rumah eh malah overthinking memilih berdiam di kamar.