Sama itu indah, sama itu bagus. Sama itu serasi, sama itu selalu dinanti.
Banyak orang berusaha untuk menjadi sama, dan menghindar dari terlihat berbeda. Sama itu jalan aman, dan menjadi berbeda tidak membuat nyaman. Padahal, pada hakikatnya, semua manusia itu memang telah terlahir sama.
Sama-sama lahir dari rahim seorang ibu, ya kan emang, gak mungkin dong bapak melahirkan. Bercanda, ini sekedar seloroh pembuka. Sama-sama lahir menjadi bayi kemudian mendewasa. Bayi-bayi tadi masih tetap merasakan sama hingga sampai pada waktu dimana mereka mulai terangsang dan mengenal sebuah hal bernama, berbeda. Bayi-bayi tadi akan tetap merasa sama hingga mereka sampai pada keadaan lingkungan yang menyadarkan mereka bahwa telah muncul hal baru yang dianggap, berbeda.
Setiap manusia yang lahir, sudah tentu memiliki otak. Otak secara fisikal, ya terletak di dalam kepala. Dalam ilmu Sains, sudah tentu fungsi otak tergambarkan secara detail sekali. Saking detailnya tak habis-habis hingga saat ini masih banyak orang-orang pintar yang terus menelitinya ya tentu menggunakan otak mereka masing-masing juga. Otak manusia yang satu meneliti otak manusia lainnya. Tak habis-habis, kita cukupkan dulu sementara membahas perkara otak ini.
Satu hal yang erat kaitannya dengan otak, perihal berpikir. Apakah berpikir hanya selalu menggunakan otak? Tidak. Pernah mendengar kalimat ini?
"Mikir jangan cuma pakai otak dong, pikir juga pakai perasaan."
Apakah benar, perasaan dapat berpikir? Bukankah perasaan hanya bisa merasakan? Makin bingung hingga disini? Bagus.
Sebab, kamu harus membaca tulisan ini hingga selesai agar kebingunganmu terhapuskan. Semoga saja, asal kamu membaca dengan seksama.
Kembali lagi berbicara mengenai berpikir. Apabila mengutip pernyataan Drever dalam Khodijah (2006:117),
berpikir adalah melatih ide-ide dengan cara yang tepat dan seksama yang dimulai dengan adanya masalah.