Lihat ke Halaman Asli

Puja Nor Fajariyah

TERVERIFIKASI

Lecturer Assistant, Early Childhood Enthusiast

Berbeda namun Sama

Diperbarui: 31 Maret 2019   06:23

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber: Fox Searchlight Pictures 

Setiap manusia itu berbeda, seringkali bukan kita mendengar seseorang beranggapan demikian,? Perbedaan ini kemudian biasanya memicu respon seseorang terhadapnya berbeda-beda pula. Ada kalanya respon tersebut sudah layak, namun ada juga yang tidak. Pada anak, sebut saja kita beri nama Alfa. Alfa adalah anak kedua di keluarganya, dia memiliki kakak bernama Beta. Antara Alfa dan Beta memiliki sifat yang berbeda. 

Beta merupakan anak yang pandai sehingga ia begitu disayang oleh kedua orang tuanya sedangkan Alfa adalah anak yang cenderung pendiam dan tidak begitu aktif. Orang tua yang merasa kedua anaknya berbeda, maka mereka juga memperlakukan keduanya berbeda. 

Alfa cenderung selalu ditekan untuk belajar dan belajar untuk menyamai kakaknya yaitu Beta. Melihat kondisi ini, sudah benarkah tindakan kedua orang tua Alfa dan Beta dalam menyikapi perbedaan sifat yang ada pada kedua anaknya?

Fenomena yang dialami Alfa ini sedikit mirip dengan apa yang dialami Marry, tokoh utama dalam film "Gifted" dimana ia terlahir sebagai anak yang jenius sehingga mendapatkan perlakuan berbeda dari orang disekitarnya. Perlakuan berbeda yang dialami Alfa bukan tidak mungkin malah membunuh jiwa Alfa secara perlahan. 

Memaksa seseorang untuk melakukan hal yang tidak ia suka adalah tidak menyenangkan bukan? Karena ini terjadi pada Alfa yang notabene masih seorang anak usia dini dan belum meiliki kemampuan lebih untuk mengatur tekanan yang kedua orang tuanya berikan, maka bukan tidak mungkin ia akan begitu terkenan. 

Orang-orang beranggapan bahwa anak yang terlahir pandai harus diperlakukan dengan istimewa dan anak yang terlahir yang mana menurut mereka kurang pandai akan ditekan untuk terus-belajar dan belajar untuk menyamai hal tersebut. Padahal itu sama sekali salah. 

Munif Chatib dalam bukunya yang berjudul Sekolahnya Manusia menulis bahwasanya setiap anak itu terlahir dengan kecerdasan mereka masing-masing atau kita lebih kenal dengan yang namanya Multiple Intelligences. Dalam tulisannya pula, Munif Chatib menyatakan bahwa bisa saja anak itu cenderung dalam kecerdasan kognitifnya, kinestetik, audio, linguistik atau pada kemampuan lainnya. 

Sehingga untuk mengembangkan kecerdasan yang ada masing-masing anak tersebut diperlukan pula tentu yang namanya perlakuan berbeda. Jadi setelah melihat hal ini, apakah perlakuan berbeda semuanya sama?

Jawabannya adalah Tidak . Tidak ada yang salah sebenarnya dengan perlakuan berbeda. Yang salah adalah ketika perlakuan yang diberikan itu ternyata tidak sesuai dengan apa yang seharusnya diperlakukan. Kita harus lebih jeli lagi mengenai cara bagaimana kita bersikap atau menyikapi sebuah perbedaan. 

Meskipun berbeda, sebenarnya keduamya memiliki persamaan pula. Persamaan tersebut adalah keduanya masih berada pada masa anak usia dini. Masa dimana semua hal bisa terjadi. Kita seringkali mendengar ujaran bahwa anak itu ibarat kertas putih yang kita miliki, kita mau mewarnainya seperti apa, itu terserah kita

Sepakat dengan hal tersebut, bagaimana kita bersikap atau memperlakukan anak-lah yang anak membentuk kepribadian Anak. Anak memiliki kecerdasan mereka masing-masing maka anak juga membutuhkan perlakuan yang berbeda dari orang tua atau pendidik. Perlakuan berbeda yang menunjang kecerdasan anak, bukan yang menekannya untuk menjadi sama dengan orang lain. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline