Lihat ke Halaman Asli

Puja Nor Fajariyah

TERVERIFIKASI

Lecturer Assistant, Early Childhood Enthusiast

Pendidikan Gender Pada Anak Usia Dini

Diperbarui: 13 Maret 2019   15:52

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Anak Usia Dini adalah masa dimana para orang tua untuk sedini mungkin mengenalkan atau membiasakan anak paham mengenai segala hal yang paling penting mengenai dirinya. Mendidik anak sedini mungkin memiliki kelebihan yaitu untuk mengantasipasi rasa penasaran anak yang tak sempat kita jawab. Dari sekian banyak hal yang perlu kita pahamkan terhadap anak, salah satunya ialah mengenai Gender. Pendidikan sangat dibutuhkan dikarenakan dengan hal tersebut anak akan lebih paham mengenai dirinya. Kenapa ia dilahirkan seperti itu dan apa yang harus dia lakukan atau sebaiknya tidak ia lakukan dengan semestinya.
 

Gender merupakan konstruksi sosial yang masyarakat berikan terhadap sebuah jenis kelamin. Konstruksi sosial ini biasanya digambarkan dengan sifat-sifat tertentu yang melekat pada orang tersebut. 

Misalnya, konstruksi sosial pada seorang perempuan ialah feminim, penyabar, cantik dan lain-lain. Atau pada laki-laki yaitu macho, maskulin, tampan, berwibawa atau sifat lainnya. 

Apabila ini terjadi kepada anak yang sebelumnya belum dipahamkan mengenai hal tersebut maka akan terjadi beberapa kemungkinan yang terjadi. Seperti halnya anak akan kaget atau malah mendapatkan dampak buruk terhadap hal tersebut. 

Contohnya, anak perempuan yang tidak mengetahui bahwa sifat normal seorang perempuan adalah feminim, tapi karena dia tidak memahami hal tersebut dia malah membiasakan diri dengan lingkungan yang tidak mendukung, kurang pahamnya orang tua akan kondisi tersebut kemudian yang membuat anak tersebut menjadi tomboy atau pada beberapa kasus lainnya.

 

Salah satu bentuk Pendidikan Gender pada anak usia dini adalah dengan menanamkan sifat malu sejak dini. Maksud dari menanamkan sifat malu ini adalah apabila berkaitan dengan yang kondisi fisik. 

Misalkan anak diberi pemahaman mengenai anggota tubuh mana saja yang boleh dilihat oleh orang lain atau bagian tubuh mana saja yang tidak boleh diperlihatkan kepada orang lain disertai dengan pemahaman alasannya juga. 

Dengan hal tersebut kemudian kita sebagai orang tua akan lebih tenang ketika berada jauh dari anak kita yang mana contoh kecilnya ketika anak sedang berada di sekolah sedangkan kita di rumah.

 

Ada beberapa strategi pendidikan Gender terhadap anak usia dini, diantaranya sebagai berikut :

 

  1. Dengan Cara Modelling atau pencontohan : Maksud dari cara ini adalah dengan kita mencontohkan terlebih dahulu terhadap apa yang akan kita ajarkan dengan harapan anak akan meniru hal tersebut. Contohnya misalkan kita mau mengajarkan anak perempuan kita untuk tumbuh sikap keterampilannya, kita bisa mencontohkan dengan kita sebagai seorang ibu sering memasak atau kalau bisa mengajak anak kita untuk memasak bersama. Ketika anak perempuan tersebut terbiasa maka akan memiliki peluang lebih besar anak paham mengenai seorang peremopuan harus bisa masak . begitu adalah pandangan secara kasarnya

  2.  Menggunakan strategi perlakuan : Emosi merupakan sebuah luapan emosi anak, baik itu anak laki-laku ataupun pada anak perempuan, seringkali terjadi di masyarakat sebuah doktrin yaitu anak laki-laki tidak boleh menangis padahal sama sekali tidak apa-apa. Perlakuan orang tua yang salah maka akan berdampak buruk. Anak laki-laki yang selalu dilarang untuk menangis sejak dini ketika ia akan mengungkapkan emosinya maka ketika dewasa ia akan mengungkapkan dengan cara yang salah contohnya saja dengan mengungkapkan melewati kemarahan dan itu jelas saja salah. Pendidikan bahwa anak laki-laki tidak boleh menangis itu salah, sebaiknya orang tua tidak memberikan doktrin seperti itu terhadap anak.

  3. Melalui Strategi bermain Peran : Maksud dari strategi ini adalah anak dilatih untuk mengungkapkan ekspresinya melalui media peran. Contohnya anak yang mendapatkan peran sebagai laki-laki maka ia akan mencoba untuk bertingkah sebagaimana seorang laki-laki. Begitupun sebaiknya pada anak yang berperan sebagai seorang perempuan.

Ketika orang tua salah dalam menanamkan Pendidikan Gender terhadap anak maka akan terjadi kesalahan pola pikir dimasyarakat. Seperti halnya semua perempuan yang dianggap lemah dan semua laki-laki dianggap kuat. Karena hal tersebut kemudian terjadi yang namanya diskriminasi antara laki-laki dan perempuan. Contohnya apabila kita melihat pada kondisi di masyarakat dimana anak usia dini sering kali menjadi sasaran tindakan pelecehan seksual. Hal tersebut tidak lain salah satunya dikarenakan orang tua yang tidak mau memberikan pendidikan gender sejak dini terhadap anak.

 




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline