Momen Tanah Bumbu Berselawat yang digelar di Komplek Cappa Padang, Batulicin, Kamis (1/3/2018) malam, ternyata menjadi momen perpisahan masyarakat Tanah Bumbu dengan Bupati Mardani H Maming.
Pria kelahiran Batulicin 17 September 1981 itu akan segera mengundurkan diri dari jabatannya sebagai Bupati Tanah Bumbu, dan memutuskan mencalonkan diri menjadi anggota DPR RI. Sesuai aturan yang tertuang dalam Undang-undang nomor 7 tahun 2017 tentang pemilihan umum anggota DPR, DPD, dan DPRD, kepala daerah harus mundur jika mencalonkan diri sebagai anggota legislatif.
Sekadar menengok ke belakang. Sejak dilantik pada 20 September 2010 lalu, Mardani langsung mencuri perhatian publik, sebab saat itu usianya baru 29 tahun lewat tiga hari. Jelas, itu usia yang relatif muda untuk seseorang yang menjabat sebagai pemimpin daerah. Bersama Difriadi Darjat, Mardani H Maming sebenarnya bukan calon unggulan di Pilkada Tanah Bumbu pada 2010.
Mardani dinilai masih terlalu hijau untuk memimpin masyarakat Bumi Bersujud yang heterogen dengan persoalan kemasyarakatan yang cukup kompleks. Belum lagi adanya desakan dan harapan besar masyarakat terhadap percepatan pembangunan infrastruktur di daerah yang boleh dibilang mendapat rapor merah dari sebagian besar masyarakat, terutama warga di wilayah perdesaan sebelum kepemimpinannya.
Meski cenderung diremehkan, terutama oleh sebagian tokoh-tokoh tua, Mardani bergeming. Ia punya keyakinan sendiri bahwa tokoh muda harus muncul untuk membuat perubahan. Ia percaya keberanian tokoh muda berjuang di dunia politik akan memberikan banyak harapan dan warna untuk kemajuan dan kesejahteraan masyarakat.
Pasangan Mardani - Difriadi akhirnya berhasil memenangi Pilkada yang terpaksa digelar dua putaran karena pada Pilkada putaran pertama, suara masing-masing pasangan tidak memenuhi ketentuan. Di putaran kedua pada 16 Agustus 2010, pasangan Mardani - Difriadi berhasil meraup 67.993 suara atau 57,53 persen dari sekira 120 ribu lebih suara sah. Duet pengusaha dan birokrat akhirnya mampu mengalahkan lawan politiknya, Hamsyuri - Sartono yang hanya mampu meraih sekira 50.191 suara atau 42,47 persen.
Tak mau larut dalam euforia kemenangan, pasangan Mardani - Difriadi langsung tancap gas. Sebagian besar proyeksi anggaran APBD dialokasikan untuk pembangunan infrastruktur. Jalan penghubung antar kecamatan dan desa mulai dibangun. Jembatan-jembatan diperbaiki. Drainase perkotaan mulai dibangun. Penerangan jalan protokol mulai didirikan. Ruas jalan yang selama bertahun-tahun tidak tersentuh perbaikan langsung diaspal. Ruas jalan lainnya yang kondisinya rusak parah langsung dilakukan perkerasan. Nyaris seluruh kebijakannya efektif dan efisien, serta mendapat apresiasi positif dari publik.
Sebelum kata blusukan populer, Mardani sudah melakukannya. Ia melakukan blusukan ke wilayah perdesaan untuk menyerap asiprasi warga desa. Seluruh desa dan kecamatan ia datangi. Uniknya, Mardani bukanlah orang yang terlalu patuh aturan protokoler. Saat berkunjung ke desa-desa, ia dengan santainya duduk di warung sembari ngobrol dengan sangat akrab bersama warga. Ia juga pernah mengajak anaknya, Farel, yang masih kecil untuk ikut blusukan. Itu bisa dilihat saat Mardani menggelar blusukan ke Pasar Minggu, Simpang Empat, pada 12 Oktober 2010 silam. Tidak jarang ia blusukan tanpa didampingi pejabat dinas terkait.
Saat menjadi bupati, ia akrab dengan siapa saja. Di satu tempat ia terlihat cocok duduk bersama orang-orang besar, para pejabat daerah maupun pejabat dari luar daerah. Di tempat lain, ia bisa bergaul dan bercengkrama lepas dengan para pengamen, tukang pentol dan bakso keliling, ia mendatangi acara anak-anak muda, ia berbaur dengan anak-anak reggae yang terkenal dengan rambut gimbalnya. Di satu kesempatan, ia pernah menyanyikan lagu "Sayang" dari Via Vallen di ruang kerja bawahannya tanpa rikuh. Sebagai pemimpin, ia luwes, tak kaku, tetapi tetap fokus dalam bekerja.
Di periode pertamanya, kepemimpinan Mardani H Maming bisa dibilang sukses. Ekspektasi masyarakat yang besar terhadap duo pasangan Mardani - Difriadi bisa dibayar dengan baik---meskipun tentu saja belum sempurna dan perlu di evaluasi untuk selanjutnya dijadikan PR dan catatan penting baginya untuk diperbaiki. Di periode keduanya, Mardani bercerai dengan Difriadi Darjat.
Pada pencalonan keduanya sebagai Bupati Tanah Bumbu, ia memilih seorang tokoh dari Partai Amanat Nasional bernama H Sudian Noor. Meski pasangannya belum dikenal publik, tetapi karena elektabilitas Mardani yang sangat tinggi, pemilihan H Sudian Noor sebagai pasangannya dinilai tidak memengaruhi suara. Mardani diprediksi akan menang mudah. Prediksi itu memang tepat.