Lihat ke Halaman Asli

Puja Mandela

TERVERIFIKASI

Jurnalis di apahabar.com

Desaku yang Ajaib

Diperbarui: 28 Mei 2017   16:05

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="sumber foto : donasidakwahcenter.com"][/caption]

Percepatan pembangunan di desa kami selama 10 tahun terakhir memang luar biasa. Ruas jalan yang selama bertahun-tahun hanya dilapisi batu kerikil dan tanah liat, kini nyaris semuanya sudah diaspal. Jembatan penghubung antar RT yang sebelumnya terbuat dari kayu saat ini sudah dibangun dengan beton yang kokoh. Selain infrastruktur pembangunan yang terus mengalami peningkatan, pola pikir masyarakat di desa ini juga mengalami kemajuan yang sangat signifikan, setidaknya jika dibandingkan dengan desa tetangga yang masih kolot dan tradisional.

Semua orang di luar sana sering memuji desa ini sebagai bayi ajaib, sebab perkembangan desa yang luar biasa seringkali menuai pujian dari banyak pihak. Bahkan, pemerintah desa tidak pernah absen menerima penghargaan karena berbagai prestasi yang sudah ditorehkannya. Orang-orang sering menjuluki desa kami sebagai kampungnya orang-orang kaya, karena ketika baru mendengar namanya saja mereka langsung menyimpulkan bahwa setiap warga di desa ini pasti banyak duit. 

Lebih dari 28 tahun sejak saya lahir di desa ini, sudah tidak ada orang yang menggunakan sepeda motor bebek keluaran tahun 90-an. Padahal, jauh di seberang sana motor tahun 90-an masih banyak digunakan, bahkan kondisinya masih sangat terawat. Jika di desa lain orang menggunakan handphone sesuai kebutuhan, di desa ini satu orang memiliki tiga handphone itu sudah biasa. Satu untuk SMS dan telepon, satu untuk internetan, dan satu handphone lagi untuk mengirim pesan khusus kepada istri tetangga atau rekan "kerja" di kantor.

Di desa ini, anak-anak tidak mau sekolah sebelum orang tuanya membelikan sepeda motor berharga belasan juta. Kalau motor yang dibeli harganya murah atau karena motor tersebut sering digunakan tukang ojek atau pedagang sayur, maka anak-anak lebih baik tidak sekolah daripada harus dianggap tidak kekinian karena tidak mengikuti arus perkembangan zaman. 

Sekelompok anak muda biasanya memiliki standar yang tinggi dalam hal fashion. Baju dan celana yang mereka kenakan harus bermerk ternama, minimal berkelas distro. Menurut mereka baju yang dijual di pasar malam tidak layak pakai karena bahan yang digunakan cenderung kasar dan dapat menyebabkan kulit menjadi gatal. Para pemuda di desa ini bukannya tidak mau memakai baju yang dijual di pasar malam, mereka hanya lebih mementingkan kesehatan kulit mereka. 

Jika ada pedagang yang menjual nasi kuning, misalnya dengan harga Rp 6 ribu per bungkus, warga pasti langsung tinggi darah. Mereka biasanya langsung emosi dan memarahi pedagang tersebut. "Kenapa, kok, satu bungkus nasi kuning yang dijual terlalu murah?" begitu kata mereka. Seharusnya, nasi kuning dijual minimal Rp 15 ribu per bungkus. Bahkan, kalau bisa Rp 25 ribu per bungkus. Prinsipnya, semakin mahal semakin bagus. Dan semakin sedikit masyarakat desa yang tersinggung karena dianggap tidak mampu membeli makanan berharga mahal.

Di desa ini, tolok ukur pejabat yang sukses tidak dilihat dari capaian kinerja atau dari prestasi yang ia dapatkan. Pejabat sukses ialah mereka yang berhasil membangun rumah gedong, mengoleksi mobil mewah, dan jam tangan berharga ratusan juta rupiah. Kalau seorang pejabat yang secara struktural berada di bawah kepala desa, namun kekayaannya melampaui kekayaan orang nomor satu di desa, berarti ia pejabat sukses. Pejabat yang sukses juga dapat diukur melalui seberapa pandai ia melobi, bahkan mengibuli atasan. 

Kalau gedung aula rusak karena atapnya bocor atau lantainya pecah, maka solusinya adalah membuat gedung baru di lokasi yang berbeda. Gedung yang lama tidak perlu direnovasi karena masyarakat di desa ini memang tidak mau mengambil risiko. Jika gedung lama tetap digunakan, warga khawatir gedung tersebut akan runtuh saat warga menggelar rapat atau pemilihan kepala desa.

Maka, tidak heran ketika kepala desa yang baru terpilih tempo hari memutuskan untuk memindah pusat pemerintahan lama ke lokasi baru yang tepat berada di depan rumah pribadinya. Sebab kalau kantor desa jaraknya jauh dari rumah kepala desa, ia khawatir kinerja dalam melayani masyarakat bisa terhambat.

Begitulah tradisi di desa kami. Pusat pemerintahan baru akan mengikuti di mana rumah pribadi kepala desa berada. Tak hanya pusat pemerintahan, tetapi rumah Bhabinkamtibmas, pasar, puskesmas, tempat ibadah, toilet umum, dan lapangan sepakbola harus berada tidak jauh dari rumah kepala desa. Kelak, jika desa ini terus berkembang dan menjadi sebuah kabupaten, maka kantor bupati dan kantor dinasnya akan pindah setiap 5 tahun sekali menyesuaikan di mana rumah bupati berada.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline