Lihat ke Halaman Asli

Puja Mandela

TERVERIFIKASI

Jurnalis di apahabar.com

"Tukang Sledeng"

Diperbarui: 2 Maret 2017   11:29

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber: pojok satu

Edgar Davids, Gennaro Gattuso, dan Roy Keane dikenal sebagai pemain sepakbola “tukang sledeng” yang secara khusus ditugaskan pelatih untuk merusak permainan lawan. Biasanya, mereka ditempatkan di posisi gelandang jangkar yang ketika di lapangan hijau berada tepat di depan centre bek. 

Dalam konteks sepakbola, peran gelandang jangkar amat vital, sebab selain memiliki fisik yang prima, gelandang jangkar juga jarang terkena cidera. Istilahnya, gelandang jangkar ini benar-benar anti petir, tidak mudah masuk angin, dan kebal santet. Namun, posisi jangkar bukannya tanpa risiko. Justru risikonya sangat besar. Tak jarang mereka terkena kartu kuning, bahkan kartu merah dalam suatu pertandingan. Akibatnya, mereka harus absen dalam pertandingan selanjutnya.

Dalam dunia sepakbola tukang sledeng memang sangat dibutuhkan. Jangan pernah bermimpi tim kesayangan Anda dapat menjadi tim yang tangguh jika tidak memiliki pemain berkarakter kuat yang memiliki kemampuan spesial dalam menekel pemain lawan.

Perlu diketahui bahwa tukang sledeng tidak hanya dikenal dalam dunia sepakbola saja. Dalam dunia percintaan, istilah ini juga sangat populer. Biasanya, mereka yang dijuluki tukang sledeng adalah orang yang suka mengambil kekasih teman atau mengambil pacar sahabatnya sendiri. Bahkan, kata kawan saya, di dunia pemerintahan tukang sledengnya juga banyak. Namun berbeda dengan tukang sledeng pada umumnya, tukang sledeng di instansi pemerintah terkesan sulit dideteksi dan cenderung tak kasat mata.

Kawan saya menyebut mereka sebagai gerombolan dhemit. Ini karena mereka memang tidak bisa dilihat oleh manusia biasa. Apalagi oleh mereka yang lugu dan tidak paham peta politik “internasional”. Seseorang yang menjadi anggota tim pemburu hantu belum tentu mampu mendeteksi spesies dhemit yang satu ini. Begitu pun dengan mereka yang punya kemampuan supranatural, dukun, atau terserah apa namanya. Mereka akan sulit mendeteksi keberadaan makhluk tersebut.

Seorang calon pejabat pernah mengeluh kepada saya karena rancangan anggaran yang ia ajukan nyaris semuanya ditolak. Ia sendiri tidak mengetahui siapa yang mencoret usulannya, sebab sepengetahuannya, usulan tersebut tidak bertentangan dengan visi misi pemimpin di daerah itu. Sementara sejumlah pejabat lainnya juga menceritakan hal yang sama. Anehnya, kata mereka, ada beberapa pejabat yang usulannya mulus-mulus saja. Bahkan, satu diantara mereka merencanakan pembangunan gedung dengan biaya yang amat mahal. “Katanya defisit, tapi kok anu?” katanya.

Baru-baru ini, kawan saya, pegawai kelas sendal jepit yang sehari-hari nyambi dagang es cendol bercerita lagi. Ia mengatakan bahwa proses lelang jabatan di lingkungan pemerintahannya menuai banyak kontroversi. Alasannya karena ada beberapa pejabat yang pernah terkena sanksi indisipliner tetapi justru dilantik untuk menduduki suatu jabatan tertentu. Bahkan, ungkap dia, ada seorang pejabat yang statusnya tersangka juga ikut dilantik dan hari ini sudah duduk di kursi yang empuk. Parahnya, rumor yang tersebar di kalangan masyarakat sudah tidak terkendali. Bahkan sampai ada yang mencium adanya transaksi jual beli jabatan. “Ini tentu sangat memprihatinkan,” katanya.

Terkait hal ini, sebagian orang menyalahkan tim yang menangani proses lelang. Namun, sebagian lainnya justru mengatakan di dalam tim tersebut ada “tim” lain yang tak kasat mata. Ia tidak dapat dilihat oleh kacamata merk apapun, baik kacamata buatan Jepang maupun kacamata made in Segumbang.

Tempo hari seseorang mendatangi saya. Ia mengungkapkan nyaris saja non job jika tidak diselamatkan oleh orang yang memang punya kemampuan untuk menyelamatkan manusia dari posisi terjepit. Lalu, saya katakan kepadanya, “Ya begitulah. Tukang sledeng bukan hanya Edgar Davids saja. Tetapi, dhemit juga bisa, bahkan jauh lebih piawai daripada pemain sepakbola manapun di dunia ini”.

Majelis Anu, 28.2.2017

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline