Menyaksikan tausyiah ustadz yang sering nongol di televisi membuat saya pesimis dengan keindahan surga. Saya justru semakin penasaran dengan kondisi sosial kemasyarakatan di neraka. Sebenarnya yang membuat saya begini tidak lain karena penjelasan sang ustadz, yang kalau boleh saya bilang sangat konvensional, tidak menarik sama sekali.
Bukan karena saya tidak ingin masuk ke surga, tapi karena surga yang dijelaskan sang ustadz memang tidak membuat saya terkesan. Dari tausyiahnya itu, ia memaparkan bahwa surga merupakan tempat yang amat luas, berkali-kali lipat lebih besar dibandingkan bumi yang kita pijak hari ini.
Di surga terdapat sungai-sungai yang airnya amat jernih dan rasanya lebih nikmat dibandingkan madu di dunia. Sayangnya, sang ustadz tidak menjelaskan lebih rinci, apakah air sungai di surga bisa dimanfaatkan untuk memancing ikan? Ia juga, mungkin lupa menjelaskan, tingkat kekentalan air sungai di surga. Karena kalau terlalu kental, saya khawatir masyarakat di surga tidak akan nyaman berenang disana.
Selain itu, kata ustadz, di surga terdapat berbagai macam buah-buahan yang rasanya jauh lebih nikmat dari buah-buahan di bumi. Kenikmatan surga semakin lengkap dengan keberadaan bidadari-bidadari surga yang cantik jelita, jauh berkali-kali lipat lebih memesona dibandingkan mantan kekasih saya, Raline Shah dan Sanni Aura Syahrani.
Diluar penjelasan sang ustadz, ada dugaan bahwa di surga juga tidak ada Facebook, salah satu media sosial paling populer sejagat raya. Juga tidak ada Twitter, Patch, Instagram, apalagi Youtube. Dan jangan pernah Anda tanyakan seberapa kencang koneksi internet di surga.
“Disini tidak ada menu makanan ayam bakar korupsi, sayur lodeh kolusi, dan sambel goreng nepotisme. Dan mohon maaf, disini tidak ada jaringan telepon dan koneksi internet seperti yang ada di dunia,” demikian bocoran yang saya dapatkan dari salah seorang malaikat yang sering mondar-mandir surga – neraka.
Bagi Anda yang saat di dunia terbiasa datang ke diskotek setiap akhir pekan, jelas tidak cocok dengan tradisi dan budaya masyarakat di surga. Sebab, selain tidak ada orang yang menjual Inex dan minum-minuman keras, di surga juga tidak ada house music garapan Dj Sudrun.
Genre musik di surga amatlah sedikit. Masyarakat surga hanya mengenal musik-musik bergenre sholawat. Itu pun sholawat yang langsung diajarkan oleh Nabi Muhammad. Sementara sholawat-sholawat lainnya yang dikarang para ulama kontemporer tidak akan pernah Anda temukan di surga.
“Karena sholawat itu bid’ah ndolalah,” demikian fatwa sahabat saya, alumni pesantren kilat.
Dan jangan sekali-kali Anda berharap bisa menonton konser band legendaris seperti The Beatles, The Rolling Stones, Queen, atau Nirvana. Sebab personel band legenda seperti John Lennon, Mick Jagger, Kurt Cobain, atau Freddie Mercury sudah ditakdirkan menyatu dengan kerak api neraka.
Karena kondisi di surga terlihat kurang asyik, saya justru penasaran dengan keadaan di dalam neraka. Jangan-jangan kehidupan di neraka justru lebih asyik karena kita bisa bertemu dan bersalaman dengan bintang-bintang porno populer dari Amerika, Eropa, dan Asia. Termasuk model-model seksi yang biasa menampilkan posengangkang sambil makan pisang raja di sampul depan majalah dewasa.