[caption caption="Foto: NewsWeek. Com"][/caption]Terlepas dari kepentingan politik apapun, kita sebagai umat Muslim jelas tak bisangeles dari tuduhan bahwa ISIS identik dengan Islam. Di bendera kebanggaan mereka saja tertulis kalimat tauhid Tiada Tuhan selain Allah. Bagaimana bisa kita bisa menolak anggapan bahwa ISIS tidak ada hubungannya dengan agama Islam?
“Tapi ISIS itu bukan Islam. ISIS itu buatan Amerika dan tidak ada hubungannya dengan Islam, “teman saya yang agak fanatik nyeletuk.
Wah kalau sudah berteori seperti itu ya repot. Saya sendiri masih ragu-ragu, apakah organisasi pimpinan Abu Bakar Al Baghdadi itu murni buatan Amerika atau malah produk asli Timur Tengah tanpa ada intervensi barat sama sekali.
Sebab analisa yang bermunculan juga banyak sekali, jadi saya tidak tahu mana yang benar soal ISIS. Tetapi jika melihat sepak terjang mereka selama ini, memang ada kemungkinan bahwa ISIS adalah produk campuran Timur Tengah dan Barat.
Kalau soal ISIS itu Islam atau bukan? Saya yakin, ISIS itu Islam. Sebab mereka mahir sekali membaca Al Qur’an. Beberapa hari yang lalu, saya melihat mereka membaca Al Qur’an di televisi, lho kok fasih banget?
Berarti pasukan ISIS itu memang beragama Islam. Dan sebutan ISIS bukan Islam itu sebenarnya tidak cocok. Sebab mereka juga mengucapkan kalimat tauhid Tiada Tuhan selain Allah. Akan lebih tepat jika ISIS ini disebut sebagai golongan yang tak paham ajaran agama Islam.
Bukankah kita sudah maklum bahwa pada akhirnya Islam terdiri dari banyak sekali golongan (yang populer ada 73 golongan). Diantara 73 golongan itu ada yang lurus dan ada pula golongan yang ekstrim. Secara umum, golongan ekstrim ini terbagi dua, ada ekstrim kiri, ada ekstrim kanan.
Diantara puluhan golongan ini hanya ada satu yang masuk surga, katanya sih begitu. Mereka adalah yang mengikutI Al Qur’an dan Sunnah. Tetapi tak cukup sampai disitu. Mereka yang mengikuti Al Qur’an dan Sunnah ini penafsirannya juga berbeda-beda. Tidak hanya soal furu’, tetapi juga urusan ushul.
Ali bin Abi Thalib tidak pernah mengkafirkan kaum Khawarij yang mengkafirkan dirinya. Padahal kesalahan Khawarij sungguh diluar batas.
Awalnya, Khawarij adalah pengikut setia Sayyidina Ali. Namun karena tidak sepakat dengan perdamaian antara Sayyidina Ali dan Muawiyah bin Abu Sufyan, Khawarij mengkafirkan dan memerangi dua sahabat nabi tersebut. Tetapi hebatnya, Sayyidina Ali justru tidak mengkafirkan Khawarij.
Beliau hanya menganggap Khawarij sebagai golongan sesat karena mudah sekali mengkafirkan umat Islam yang tidak sependapat dengan mereka. Kalau dibandingkan dengan kaum Khawarij, jelas ISIS tak ada apa-apanya. Cuma anak kemarin sore.
Di era Islam klasik, ada kaum yang dikenal tekstual, atau menafsirkan Al Qur’an apa adanya, tanpa melihat konteks dan makna yang terkandung dialam suatu ayat. Dalam perkembangannya, kaum tekstual ini jadi musuh bebuyutan Islam rasionalis. Nah, menurut saya, ISIS termasuk contoh golongan yang terlalu tekstual.
Mereka (mungkin) menafsirkan ayat-ayat Al Qur’an sesuai hawa nafsu dan logika mereka sendiri. Jadi kalau ada ayat Al Qur’an yang memerintahkan untuk memerangi orang-orang kafir, mereka langsung menafsirkan begitu saja, tanpa melihat konteks-nya.
Meskipun identik dengan Islam karena selalu membawa simbol-simbol Islam kemanapun mereka beraksi, namun ISIS sama sekali tidak merepresentasikan Islam yang lurus, Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad, sahabat, tabi’in, tabi’ut tabi’in, ulama salaf, hingga kepada seluruh umat manusia.
Tetapi kita tidak bisa begitu saja menghindar dari tuduhan bahwa ISIS bukan Islam. Justru kita harus menerima dengan lapang dada bahwa didalam agama Islam juga terdapat golongan yang ekstrim dan sangat radikal.
Menurut saya, ISIS memang bukan Islam dalam defenisi yang sebenarnya. Mereka adalah organisasi radikal yang lahir dari ideologi takfiri. ISIS jelas sudah menginjak-injak esensi dari ajaran Islam. Akibatnya citra Islam ramah dan moderat jadi jadi hancur di mata dunia.
Mengutip mbah Mustofa Bisri, kebiadaban dan pembenaran terhadap tindakan biadab, tidak mungkin muncul dari kaum beragama yang memahami agama.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H