Lihat ke Halaman Asli

Tenggelam

Diperbarui: 17 Juni 2015   21:44

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

jerit bocah itu tidak akan mampu mendobrak barisan ombak yang maju desak-mendesak ke bibir pantai yang hitam. wajah karang terpahat suram. terkutuk kelam. dan ada sepasang pemuda yang berjalan biasa saja seakan tak ada peristiwa. seakan tidak terjadi apa-apa.

ada dengus napas berjalan pelan. sempoyongan tubuhnya oleh berat beban kaki kiri dan kanan maju satu per satu menyusuri lorong bisu. lalu hening yang panjang. sepasang pemuda berlarian, melukis senyum di kanvas petang. tampaknya daratan. usaha menggapai permukaan hanya buatku terkapar. semakin ke dasar.

izinkanlah aku mengunyah apa saja. agar tubuhku kuat melawan luka yang sudah menjajah kedua mataku. akal sehatku. keinginan hidupku. atau peluklah aku sebelum malam datang bersama dinginnya. bulan datang bersama gelapnya. tapi, hanya sepasang pemuda muncul melepas tawa.

lalu rinduku mencari jalan keluar yang tidak akan pernah dijumpainya. karena permukaan terlalu jauh. seorang gadis tidak tersentuh datang dari masa lalu. dan sepasang pemuda sama sekali tidak terharu. diam seakan tidak ada cinta. seakan sudah sepantasnya. berjalan begitu saja.

gerak menjauh dari tubuhku. gelap.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline