Lihat ke Halaman Asli

Do'a Ku

Diperbarui: 17 Juni 2015   09:49

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Usai sudah rangkaian rasa yg ku pertahankan..
Pupus sudah penantian yg ku tunggu di telaga pelabuhan..

Sementara apa yg bisa harus ku lakukan....!

Luka harus ku terima..
Kecewa harus ku bawa..
Jika emang ini adalah akhir kenyataanya..

" DOA KU "

Lirih ku dengar denting hening bunyi ketika selebat embun mengantar bumi..
Ku temukan selarik bait puisi
Sebarit hati serupa luka yang terlahir dari rahimnya sepi..

Nadi menjalar menjadi demikian getas meranggas..
Ketika melerai berlahan kita saling meletakkan catatan mimpi yang belum usai kita akhiri..

Di antara kungkungan sayap cahaya..
Ku mencoba mengeja rangakaian tawa yang sempat kau titipkan pada senja...

Ku simbak&ku buka...

Tapi apa...?

Ternyata semua hampa..
Gelap telah pudar berlabur bersama deras air mata..
Hingga akhirnya kamu memilih DIA...

Achhhhh,,,,di tiap hebus angin menghempas jiwa ku..
Rindu ini terus mengebu menggigil menyebut nama mu..
Di situlah ku mulai merasakan getar empedu...
Begitu pahit ketika ku tak bisa bersama mu..

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline