Lihat ke Halaman Asli

Puisi | Merevisi Warna Kopi di Sebuah Pena Mati

Diperbarui: 25 Februari 2021   07:43

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Inc.com


kepada pekatnya malam
kamu pesan lagi secangkir nostalgia
dari penamu yang mulai kehabisan tinta
dan kopi ku yang masih sedikit pahit namun tidak lagi hitam

dan kamu tahu itu artinya apa?
tetapi kamu cuma geleng-kan kepala dan lagi-lagi datang menambahkan sesendok gula

dalam nyanyian hujan yang bergemuruh
kamu pesan kembali secangkir air mata
dari penamu yang mulai kekeringan tinta
dan kopi ku yang sedang nikmat-nikmatnya namun ---tersenggol--tertumpah--jatuh

dan kamu tahu itu artinya apa?
tetapi kamu cuma tersenyum dan kembali datang menyeduh ulang di cangkir yang sama

bersama ayam berkokok yang ditilang mentari
kamu kembali memesan secangkir tanya
dari penamu yang benar-benar sudah mati
dan kopi ku yang mulai menyekutukan hitam dengan lain warna

dan kamu tahu itu artinya apa?
tetapi dari representasimu terhadap aku yang sedang merevisi warna kopi 

pena mati mu malah buru-buru balik bertanya;

"bukankah kopi yang benar-benar kopi hanyalah yang berwarna hitam?" 

aku cuma tersenyum dan sudahi tanyanya;

"dasar kenangan selalu saja keras kepala!!"

Bintaro, 25/02/21.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline