Lihat ke Halaman Asli

Puisi | Untuk Sebuah Nama yang Kini Menjadi Hama

Diperbarui: 30 Juni 2019   05:47

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

oneminuteonline.wordpress.com


Untuk sebuah nama yang tersisa
Mengapa namamu tak ikut pergi saja
Bukankah kita sudah lama berhenti menyukai kopi hitam?
Tapi anehnya namamu itu seperti ampas kopi yang masih saja menempel di secangkir malam.

Untuk sebuah nama yang tertinggal
Mengapa namamu tak ikut meninggal
Bukankah kita sudah lama memusuhi lagu cinta?
Tapi mengapa piringan hitam namamu itu masih sering terputar di fonograf kepala.

Untuk sebuah nama yang teringat
Mengapa namamu tak ikut minggat
Kita sudah tidak lagi serumah, bukan?
Tapi mengapa namamu itu seperti fentilasi jendela masih saja mengeluar masukkanmu sembarangan.

Untuk sebuah nama yang menetap
Mengapa namamu tak ikut lenyap
Kita sudah tidak lagi merokok, bukan?
Tapi anehnya namamu itu masih seperti abu rokok yang masih menginap di asbak ingatan.

Untuk sebuah nama yang menjadi hama
Mengapa namamu itu menggangu atma
Bukankah kita sudah lama tidak bercocok tanam kisah yang baru?
Tapi anehnya namamu itu seperti kutu buku yang rajin melahap habis setiap huruf-huruf baruku. Terutama apabila aku hendak menulis segala hal yang di situ sudah tak lagi melibatkan namamu.

*****




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline