Lihat ke Halaman Asli

Puisi | Peri Bunga dan Benih Dandelion

Diperbarui: 21 Mei 2019   19:22

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

favim.com

Masih aku ingat tatkala di samping rumah Peri bunga, dalam sepetak tanah di gumuli rerumputan kering; Iya aku pun telah mengering di sana, yang di mana aku tiada pernah meminta kepada Tuhan untuk tumbuh jalang di sebuah zaman pra-sejarah cinta.

Terlalu ada banyak sebab-akibat kenapa tanaman suram sepertiku tumbuh sembarangan meliarkan jalan pandang memaknai cinta, namun aku yang ditelantarkan dunia pun dibesarkan dengan air mata wanita terlalu mudah diperdaya oleh cinta Peri bunga. 

Maka sumirnya tak segan-segan pula ia petik tangkai hatiku kemudian terbangkan begitu saja benih dandelion repihku bersama desiran angin tawanya. 

Ia pikir aku dan kenanganku akan lenyap begitu saja, Tidak aku malah semakin tumbuh subur di kehidupan baru yang jauh lebih indah; Lihatlah kuningku akan membuatku lebih berhati-hati sesudahnya. 

merrostore.com

Terima Kasih, Peri Bunga.



BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline