Lihat ke Halaman Asli

Hari Pertama Sekolah bagi Orang Tua, Guru, dan Marsel

Diperbarui: 26 Juli 2016   13:27

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Marsel dalam sebuah aktivitas

Hari pertama sekolah selalu menjadi mowen istimewa bagi anak-anak. Mereka yang naik tingkat akan merindukan nuansa baru dengan guru baru tentunya. Bagi mereka yang baru menginjakkan kakinya di sebuah sekolah pasti akan merasakan sebuah aura kebahagiaan yang luar biasa dengan membawa banyak imajinasi akan lingkungan baru.

Aliyah, putri kami menjadi salah satu dari jutaan anak-anak di seluruh tanah air yang merasakan kebahagiaan itu. Menjelang hari pertama masuk sekoah, Aliyah hampir tidak bisa tidur. Membayangkan tentang sekolah barunya. Setelah lulus dari jejang playgroup, Aliyah mengikuti satu jenjang di atasnya, TK A dengan sekolah baru.

Bagi anak-anak, mendapatkan sepatu baru, baju baru, tas baru, dan semua serba baru seperti mendapatkan sebuah kado istimewa selayaknya kado ulang tahun. Kami sekeluarga sudah mempersiapkan semuanya.

Bagi kami, hari pertama sekolah tidak boleh terlewatkan sedikitpun. Saya ingin sekali bersama dengan istri mengantar anak kami di hari pertama sekolah. Melihat lingkungan sekolahnya, para guru, dan tentunya bagimana kondisi fisik dan kejiwaannya ketika berada di sekolah baru untuk pertama kalinya.

Namun sayangnya kami tidak bisa mewujudkan keinginan kuat tersebut. Akhirnya, hanya istri saya yang bisa mengantarkan Aliyah...

Makna Bagi Orang Tua.

Bapak Anies Baswedan, menginstruksikan kepada para orang tua untuk mengantar anak-anaknya di hari pertama sekolah. Tentu saja kami, dan para orang tua di seluruh tanah air menyambut instruksi ini dengan sangat gembira.

Keberadaan orang tua di hari pertama anak-anak bersekolah adalah sangat bermakna. Orang tua ketika hadir, mengantar anak-anaknya di hari pertama sekolah merupakan sebagai bukti akan keberadaan orang tua dalam hati mereka.

Anak-anak memerlukan support yang begitu besar dari orang tua. Support tersebut tidak hanya dalam bentuk pemberian uang saku, namun juga  support dalam bentuk penguatan jiwa.

Di era modernisasi saat ini, kebanyakan orang tua memahami akan kebutuhan anak secara parsial. Anak-anak yang masih polos hanya diberi asupan materi belaka, tanpa diberikan asupan jiwa. Makanya tidak heran, anak-anak kita akan nampak gagah, namun jiwanya kosong.

Era dot.com memperparah kondisi ini. Meskipun ada banyak manfaat dengan hadirnya perkembangan teknologi komunikasi, namun selalu saja menimbulkan riak-riak negatif. Dengan perkembangan teknologi komunikasi, bukan berarti para orang tua cukup mewakilkan bentuk tanggung jawabnya melalui pesan singkat cerdas atau aplikasi canggih, seperti 7pagi, GoesSmart, BulletinBoard dan lain-lain.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline