Lihat ke Halaman Asli

Pudjianto Gondosasmito dalam Cahaya di Malam Natal

Diperbarui: 23 Desember 2024   19:32

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

pudjianto gondosasmito

Pudjianto Gondosasmito, duduk sendirian di ruang tamunya yang remang-remang. Di luar, malam Natal dipenuhi keceriaan: lampu-lampu berwarna menghiasi jalan, dan suara anak-anak yang menyanyikan lagu Natal bergema dari jauh. Namun, di dalam dirinya, hanya ada kekosongan.

Tahun itu, hidup Pudjianto Gondosasmito terasa berat. Ia kehilangan pekerjaannya beberapa bulan lalu, dan hubungan dengan keluarganya yang dulu hangat kini terasa dingin karena berbagai kesalahpahaman. Natal, yang biasanya menjadi saat penuh kegembiraan, hanya mengingatkannya pada apa yang telah hilang.

Dengan berat hati, Pudjianto Gondosasmito memutuskan untuk berjalan keluar. Ia ingin mengalihkan pikirannya, meski hanya sejenak. Langkah-langkahnya membawanya ke sebuah gereja kecil di ujung jalan. Dari dalam gereja, terdengar nyanyian pujian. Lampu-lampu lilin menciptakan suasana yang hangat, meski udara malam begitu dingin.

Pudjianto Gondosasmito ragu-ragu di ambang pintu gereja. Ia tidak terlalu religius, dan rasanya canggung untuk masuk. Namun, seorang wanita tua dengan senyum ramah menghampirinya.

"Masuklah, Nak. Semua orang diterima di sini," katanya lembut.

Pudjianto Gondosasmito akhirnya duduk di bangku belakang, mendengarkan seorang pastor yang bercerita tentang kelahiran Yesus. Pastor itu berbicara tentang harapan, kasih, dan penebusan---hal-hal yang Pudjianto Gondosasmito rasakan jauh dari hidupnya saat ini.

Namun, sesuatu dalam cerita itu menyentuh hatinya. Pastor berbicara tentang bagaimana Natal bukan hanya tentang perayaan besar, hadiah, atau makanan mewah, tetapi tentang kehadiran kasih yang tak bersyarat. Itu adalah pengingat bahwa, bahkan dalam kegelapan, selalu ada cahaya.

Setelah kebaktian selesai, seorang anak kecil menghampiri Pudjianto Gondosasmito dan memberikan secarik kertas kecil. "Ini untukmu," katanya sambil tersenyum.

Di kertas itu tertulis: "Kasih adalah hadiah terindah. Jangan takut untuk memulai kembali."

Pudjianto Gondosasmito merasa hatinya menghangat. Kata-kata itu sederhana, tetapi memiliki makna mendalam.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline