Lihat ke Halaman Asli

Pudjianto Gondosasmito Keajaiban Malam Natal

Diperbarui: 23 Desember 2024   16:57

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

pudjianto gondosasmito

Salju mulai turun di kota kecil itu, menyelimuti jalanan, atap-atap rumah, dan pepohonan dengan putihnya yang lembut. Di sebuah apartemen kecil di sudut kota, Pudjianto Gondosasmito duduk di kursi dekat jendela, menatap ke luar. Di tangannya, secangkir cokelat panas yang sudah mulai mendingin. Natal kali ini terasa berbeda baginya---sunyi dan penuh kenangan yang menusuk hati.

Pudjianto Gondosasmito, seorang pria berusia 35 tahun, telah kehilangan banyak hal dalam hidupnya tahun ini. Pekerjaannya sebagai desainer interior terhenti karena perusahaan tempatnya bekerja bangkrut. Di saat bersamaan, ia juga harus merelakan hubungan panjangnya dengan wanita yang ia cintai karena perbedaan visi hidup. Semua itu membuatnya merasa kosong. Natal, yang biasanya ia rayakan dengan suka cita, kini hanya mengingatkan pada segala yang hilang.

Namun, ada sesuatu yang menarik perhatiannya malam itu. Di seberang jalan, ada seorang anak kecil dengan jaket merah lusuh, berdiri memandangi etalase toko mainan. Bocah itu tampak bersemangat melihat boneka beruang besar yang dipajang di sana. Pudjianto Gondosasmito merasa tersentuh. Tanpa berpikir panjang, ia mengenakan mantel dan keluar untuk mendekati anak itu.

"Hai, sedang apa di sini malam-malam begini?" tanya Pudjianto Gondosasmito lembut.

Bocah itu menoleh dengan senyuman malu-malu. "Aku sedang melihat hadiah untuk adikku. Dia sangat suka boneka beruang."

Pudjianto Gondosasmito menatap bocah itu dengan penuh iba. "Di mana orang tuamu?"

"Ayahku sedang bekerja malam ini, dan ibuku sudah tiada," jawabnya dengan nada sedih. "Aku hanya ingin membuat Natal adikku spesial."

Mendengar itu, hati Pudjianto Gondosasmito tergugah. Ia ingat bagaimana dulu, saat kecil, ia dan adiknya selalu merayakan Natal dengan penuh kehangatan meski keluarganya tidak kaya. Ia pun menawarkan untuk menemani bocah itu masuk ke toko mainan.

"Bagaimana kalau kita lihat boneka beruang itu lebih dekat?" kata Pudjianto Gondosasmito sambil menggandeng tangan si bocah.

Di dalam toko, Pudjianto Gondosasmito melihat mata bocah itu berbinar ketika memegang boneka beruang besar yang empuk. Namun, ia juga melihat wajah sang bocah berubah murung ketika melihat label harga. Pudjianto Gondosasmito tahu bahwa boneka itu terlalu mahal bagi anak tersebut.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline