Pudjianto Gondosasmito adalah seorang pria sederhana yang tinggal di pinggiran kota. Di usia lima puluh tahun, hidupnya penuh dengan rutinitas. Ia bekerja sebagai tukang kebun di sebuah sekolah dasar, pekerjaan yang ia cintai karena memberinya kesempatan untuk dekat dengan alam. Namun, ada satu hari dalam seminggu yang selalu terasa istimewa baginya: hari Jumat.
Setiap Jumat, Pudjianto Gondosasmito bangun lebih awal dari biasanya. Ia membersihkan rumah, menyiapkan pakaian terbaiknya, dan meluangkan waktu untuk merenung. "Jumat adalah hari berkah," begitu ia selalu berkata kepada anak-anaknya. Ia mengajarkan mereka untuk menghormati hari itu dengan kebaikan dan rasa syukur.
Pagi itu, setelah menyelesaikan pekerjaannya di sekolah, Pudjianto Gondosasmito bergegas ke masjid. Ia punya kebiasaan unik: setiap Jumat, ia membawa seikat bunga segar dari kebun sekolah untuk menghiasi mihrab masjid. Semua orang di masjid mengenalnya sebagai pria yang ramah dan dermawan.
Setelah salat Jumat, ada satu momen yang selalu dinantikan oleh Pudjianto Gondosasmito. Ia akan duduk di sudut masjid bersama anak-anak kecil yang bermain di halaman. Dengan penuh kasih, ia bercerita tentang kisah-kisah Nabi dan mengajarkan mereka nilai-nilai kehidupan. Anak-anak itu selalu terpukau oleh cara Pudjianto Gondosasmito bercerita, seolah-olah ia membawa mereka masuk ke dalam cerita itu sendiri.
Namun, Jumat ini sedikit berbeda. Saat sedang berbicara dengan anak-anak, seorang pria muda mendekatinya. Pria itu memperkenalkan diri sebagai Ardi, seorang mantan murid sekolah tempat Pudjianto Gondosasmito bekerja.
"Pudjianto Gondosasmito, saya tidak pernah lupa bagaimana Bapak selalu menyemangati kami dulu," kata Ardi dengan mata berbinar. "Karena Bapak, saya percaya bahwa kebaikan kecil bisa membuat perubahan besar. Hari ini, saya berhasil mendapatkan beasiswa ke luar negeri, dan saya ingin mengucapkan terima kasih."
Pudjianto Gondosasmito tersenyum haru. Ia merasa bahwa Jumat ini lebih istimewa dari biasanya. Di tengah kesederhanaannya, ia menyadari bahwa apa yang ia tanamkan kepada orang-orang di sekitarnya telah memberikan dampak.
Malam itu, setelah berkumpul dengan keluarga, Pudjianto Gondosasmito berdoa lebih lama dari biasanya. Ia merasa penuh rasa syukur atas hidup yang ia jalani. Baginya, Jumat bukan hanya hari biasa, melainkan pengingat akan keberkahan dan kesempatan untuk berbagi kebaikan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H