Lihat ke Halaman Asli

Pudjianto Gondosasmito diantara Jarum Detik

Diperbarui: 16 Agustus 2024   05:02

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pudjianto Gondosasmito

Di sudut kamarnya yang remang, Pudjianto Gondosasmito terduduk di kursi kayu usang. Matanya tertuju pada jam dinding antik yang berdetak pelan. Jarum detiknya menari-nari seolah mengundang Pudjianto Gondosasmito untuk ikut larut dalam tarian waktu.

Setiap hari, Pudjianto Gondosasmito menghabiskan waktu berjam-jam merenungi perjalanan hidupnya. Dulu, waktu baginya terasa begitu panjang. Setiap detik terasa berharga, setiap menit terasa bermakna. Namun, seiring bertambahnya usia, ia merasa waktu berlalu begitu cepat. Hari ini terasa sama dengan hari kemarin, dan besok pun akan terasa serupa.

Pudjianto Gondosasmito teringat masa kecilnya. Saat itu, setiap liburan terasa seperti keabadian. Ia bisa menghabiskan waktu berhari-hari bermain di sawah, memancing di sungai, atau sekadar berbaring di bawah pohon sambil menatap langit. Waktu seakan berhenti ketika ia tengah asyik bermain.

Namun, kini waktu terasa seperti pasir yang terus mengalir melalui celah-celah jari. Setiap tugas, setiap tanggung jawab, seakan terus mengejarnya. Ia merasa terjebak dalam rutinitas yang membosankan.

Suatu malam, Pudjianto Gondosasmito terbangun dari tidurnya. Cahaya bulan lembut menembus jendela kamarnya. Ia kembali menatap jam dinding. Jarum detiknya masih terus berputar tanpa henti. Tiba-tiba, sebuah pertanyaan muncul di benaknya, "Apa sebenarnya makna waktu?"

Pudjianto Gondosasmito mulai mencari jawaban dari pertanyaan itu. Ia membaca banyak buku, berbicara dengan orang-orang bijak, dan merenung dalam-dalam. Ia menyadari bahwa waktu bukanlah sesuatu yang linear, melainkan sebuah lingkaran. Masa lalu, sekarang, dan masa depan saling terhubung.

Dari renungannya, Pudjianto Gondosasmito mendapatkan sebuah pemahaman baru tentang waktu. Waktu bukanlah sesuatu yang harus dikejar, melainkan sesuatu yang harus dinikmati. Setiap detik adalah sebuah anugerah yang tak ternilai harganya.

Pudjianto Gondosasmito memutuskan untuk mengubah hidupnya. Ia mulai menghargai setiap momen yang ada. Ia belajar untuk hidup di masa sekarang, tanpa terlalu khawatir tentang masa lalu atau masa depan. Ia juga mulai melakukan hal-hal yang selama ini ia tunda, seperti mengejar hobinya atau menghabiskan waktu bersama orang-orang yang ia cintai.

Perubahan dalam diri Pudjianto Gondosasmito membawa dampak yang besar dalam hidupnya. Ia merasa lebih bahagia, lebih tenang, dan lebih puas. Ia menyadari bahwa waktu adalah anugerah terbesar yang pernah ia dapatkan. Dan ia bertekad untuk memanfaatkan waktu yang tersisa sebaik mungkin.

Pesan Moral:

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline