Tulisan sebelumnya: "Surat Telegram Menjelang Natal"
Oleh: Pudji Widodo
Topografi kota Bima
Debarkasi personel dan material Satgaskes TNI PRC PB relatif cepat karena laut dalam pasang tertinggi, sehingga KRI Bintuni 592 bisa pada posisi yang aman bagi kendaraan operasional satgaskes TNI yang akan keluar dari perut kapal.
Selama perjalanan dari dermaga menuju bakal lokasi Posko Satgaskes, tampak pemandangan Kota Bima yang berantakan. Banjir sudah surut, yang tertinggal hanya garis di dinding bangunan yang menandakan batas ketinggian air tampak jelas 1,5 - 3 m, lumpur serta material yang hanyut terbawa banjir bandang masih memenuhi pinggiran jalan.
Kota Bima berada di bagian timur Pulau Sumbawa Provinsi NTB dengan posisi geografis terletak antara 118"41' - 118"48' Bujur Timur dan 8"30' - 8"20' Lintang Selatan dengan luas 222,25 km. Secara administratif kota Bima terdiri dari Kecamatan Rasanae Barat, Rasanae Timur, Mpunda, Raba dan Asakota, dengan jumlah penduduk 156.400 jiwa dan tercatat sampai dengan tahun 2015 terdapat 39.842 rumah tangga.
Sebagai kota otonom sejak 12 April 2002, wilayah Bima dikelilingi batas administrasi yang merupakan bagian dari kabupaten Bima, yaitu kecamatan Ambalawi di sebelah utara, kecamatan Palibelo di sebelah selatan dan Kecamatan Wawo di timur serta di sebelah barat merupakan batas alam yaitu Teluk Bima. <1>.
Karakteristik kota Bima termasuk ke dalam kawasan dengan topografi rendah yang dikelilingi kawasan bertopografi tinggi. Kota yang berada di ketingian 0 - 1.000 meter di atas permukaan laut (dpl), di sebelah timur berbatasan langsung dengan kecamatan Wawo yang berada pada ketinggian 1.500 - 2.000 meter dpl. Sepanjang tahun curah hujan hanya berkisar 0 - 150 mm.
Puncak curah hujan terjadi pada akhir bulan Desember hingga akhir Januari. Kondisi curah hujan ekstrim secara spasial saat dan sebelum terjadinya banjir bandang ditunjukkan melalui data curah hujan satelit, yaitu data GSMaP.