Lihat ke Halaman Asli

Pudji Widodo

TERVERIFIKASI

Pemerhati Kesehatan Militer.

Warta Duka Menjelang Senja dan Bara di Kivu Utara

Diperbarui: 26 September 2020   21:32

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

(Foto penulis bersama staf medis Rumah Sakit Umum kota Beni, Kivu Utara Repubik Demokratik Kongo, dokpri)

Suatu hari di Kamp Madiba

Bising musik dangdut orkes melayu Palapa membuat saya terbangun dari nyenyak tidur. Sinar matahari masuk melalui celah pintu tenda kelompok komando (pokko) yang bagian atasnya tidak tertautkan ke lubang kancingnya.

Pagi ini saya terlambat bangun, karena itu saya segera keluar dari balutan sleeping bag. Setelah selesai mandi dan mengenakan perlengkapan, saya menyambar roti panggang buatan Bintara Komunikasi (bakom) Serma Subur.

Di lapangan komando taktis (kotis) atau Temporary Operation Base (TOB) sudah siap rangkaian kendaraan yang terdiri 1 mobil pengawal taktis jeep defender yang dilengkapi senjata SMS GPMG, 2 mobil dump truck, 1 mobil tangki air dan 1 mobil ambulan.  

Teriakan "Pulogadung, pulogadung" merupakan aba-aba pemberangkatan dan peringatan bagi personel yang belum masuk kendaraan. Hari ini sesuai rencana saya bertugas mendampingi personel yang bertugas membangun landasan pacu lapangan terbang (lapter) Mavivi, Beni.

Sebutan pulogadung untuk lapter Mavivi adalah gambaran kerinduan kami para personel Kontingen Garuda XX/B kepada keluarga dan tanah air yang akan kami tingalkan selama satu tahun.

Selama bertugas di Kongo, kami memang sering menggunakan nama lokasi di tanah air sebagai ganti penyebutan nama tempat atau fasilitas di distrik tempat kami bertugas, misalnya Kodim untuk markas tentara Kongo FARDC, pasar tanah abang untuk pertokoan dan pasar tradisional di pusat kota Beni.

(Penulis bersama tim medis rumah sakit lapangan Kontingen Batalyon Afrika Selatan MONUC di Kamp Maniba kota Beni, Kivu Utara DRC, dokpri)

Di pintu gerbang kamp Madiba, seorang prajurit wanita Royal South African Infantry Battalion (RSAI Batt) memberi hormat lalu menyodorkan data personel keluar kamp yang harus kami isi. Prajurit wanita tersebut sering penulis jumpai bertugas di pos penjagaan kamp Madiba, dia pun sudah mengenal penulis.

Pernah dia bertanya setelah tahu bahwa penulis adalah dokter Kontingen Garuda XX-B, mengapa penulis sering pergi ke lapangan sedang dokter RSAI Batt lebih banyak berada di klinik. 

Kepadanya penulis memberikan penjelasan singkat dan sederhana, bahwa itu adalah bagian dari manajemen stres untuk penulis dan memberi semangat bagi personel yang bertugas di lapangan.

Kompi Zeni (Kizi) TNI Garuda XX-B atau Indonesia Engineer Company (Indoengcoy) MONUC menempatkan sekitar 50 orang personel di Kamp Madiba Beni. Nama Kesatrian atau kamp RSAI Batt diambil dari nama Madiba yang merupakan kota kelahiran Nelson Mandela, tokoh pejuang anti apartheid Afrika Selatan.

Kami menempati area dekat pintu gerbang dan di pinggir depan, sehingga di belakang tenda tenda pasukan Garuda adalah perimeter perlindungan berupa gundukan tanah setinggi 3 meter mengelilingi kamp yang dilengkapi kawat berduri dan menara jaga pemantau.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline