Lihat ke Halaman Asli

Pudji Widodo

TERVERIFIKASI

Pemerhati Kesehatan Militer.

Habibie, Inspirator Rekonsiliasi Indonesia - Timor Leste

Diperbarui: 21 September 2019   09:11

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

(Ilustri beberapa buku yang mengulas Timor Leste di perpusrakaan pribadi penulis, foto pribadi)

Apa yang sehari-hari kita sebut sebagai kebetulan atau keberuntungan, sebenarnya menunjukkan tak ada yang pernah lepas lepas dari campur tangan Tuhan atas segala peristiwa kehidupan. 

Demikian pula bila kita menyaksikan rekaman video kunjungan mantan Presiden Timor Leste Xanana Gusmao kepada mantan presiden RI ke 3, BJ Habibie yang sedang sakit (kompas.com, 12 September 2019). 

Tergambar dalam video tersebut kedua tokoh ini bertemu berpelukan sambil menangis dan itu sangat menginspirasi.

Beruntung dan kita bersyukur Tuhan masih mengijinkan kedua tokoh ini berjumpa sebelum BJ Habibie meninggal dunia tanggal 11 September 2019. Pertemuan terakhir dua tokoh ini menjadi momen yang mewakili iktikad kedua bangsa melaksanakan upaya rekonsiliasi dan membangun kepercayaan sebagai negara bertetangga.

Awal luka dan kecewa

Sekelompok veteran dan purnawirawan TNI  penghuni perumahan Kompleks Wisma Seroja Bekasi Utara yang pernah bertugas dalam operasi Seroja di Timor Timur (Timtim), bersama-sama membakar piagam dan tanda kehormatan satyalencana seroja yang dianugerahkan pemerintah kepada mereka. 

Turut pula dalam aksi tersebut sejumlah warga Timor Timur yang tergabung dalam Uni Timor Aswain (Liputan6.com, 21 Mei 2002). Hal tersebut sebagai ungkapan kekecewaan setelah PBB resmi menyerahkan kekuasaan transisi yang dipegangnya kepada pemerintah definitif Republik Demokratik Timor Leste.

Luka hati dan kekecewaan para veteran Seroja bermula dan sebagai dampak dari serangkaian proses yang diawali dengan diajukannya proposal jajak pendapat untuk rakyat Timor Timur oleh Habibie pada awal 1999. 

Hal ini diikuti dengan kesepakatan tripartit Indonesia, Portugal dan PBB pada Mei 1999.  Selanjutnya PBB pada Juni 1999, membentuk United Nations Mission in East Timor (UNAMET) sebagai penanggung jawab pelaksanaan jajak pendapat yang dilaksanakan pada tanggal 30 Agustus 1999. 

Bentrok kelompok prokemerdekaan dan prointegrasi dalam menyikapi opsi pilihan tersebut tak terhindarkan dan berkembang menjadi rusuh massa.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline